Rabu, Desember 31, 2008

DONG MU

Judul : Dong Mu

Pengarang : Jamal

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun penerbitan : 2007

Di tengah maraknya novel-novel pop dengan “taste” teenlit dan chicklit, penulis menemukan novel yang agak serius seperti novel ini. Novel ini juga memberi warna baru, karena latar belakang cerita tentang militer dan lintas negara. Pengarang yang kesehariannya adalah dosen, cukup memberi warna tersendiri untuk nuansa “militer”, meskipun tidak terlalu kuat. Paling tidak, Mang Jamal, begitu beliau dipanggil, berani membuat novel dengan “taste” militer apalagi dibumbui dengan isu nuklir.

Novel ini menceritakan tentang Herman, orang Indonesia yang bekerja pada International Atomic Energy Agency (IAEA) dalam usahanya menyelidiki keberadaan hulu ledak nuklir milik Korea Utara. Sebelumnya, Korea Utara telah meluncurkan tujuh buah rudal percobaan dan jatuh di perairan antara semenanjung Jepang dan semenanjung Korea. Yang dicemaskan adalah adanya kemungkinan rudal-rudal tersebut dipasang hulu ledak nuklir. Kekhawatiran ini muncul karena selama ini Korea Utara sangat tertutup untuk urusan nuklir.

Master lulusan departemen kuantum dan sains, Universitas Tokyo ini ditugaskan untuk menyelidiki masalah ini bekerja sama dengan counterpart dari IAEA Jepang dan Korea Selatan. Karena Korea Utara mem-black list semua personel IAEA, maka diputuskan untuk mengajukan izin untuk masuk ke Korea Utara melalui Korea Selatan.

Di Seoul, Herman bergabung dengan Kang Jin Sob, partner-nya di Korea Atomic Research. Ia juga bertemu dengan Prof Rukayadi, sahabatnya yang ahli mikrobiologi di Universitas Sinchon. Belum lagi Herman dan Kang Jin Sob melakukan tugas resminya, mereka mendapat kabar bahwa seorang agen CIA, Robert Campbell, diculik oleh sekelompok agen intelijen Korea Utara yang dipimpin oleh Kim Song Gi. Robert Campbell adalah agen CIA yang menyamar sebagai staf pada Badan Tenaga Nuklir Amerika Serikat. Herman mengenalnya pada sebuah pelatihan di Universitas Syracuse, New York, kemudian bertemu kembali pada beberapa pelatihan terkait dengan masalah energi. Kim Song Gi, agen intel Korea Utara ini menyamar sebagai pengusaha ekspor-impor di Seoul. Ia pernah menawari Herman berbisnis uranium secara gelap, namun ditolak oleh Herman.

Kim Song Gi dan kelompoknya meminta tebusan Uranium sebagai pengganti kebebasan Robert Campbell. Ia juga meminta Herman sebagai perantara untuk proses pertukaran ini. Pihak Amerika Serikat tidak tinggal diam. Mereka membentuk task force untuk membebaskan agen CIA ini. Untuk itu, mereka melibatkan Herman dalam task force ini. Herman mengajak sahabatnya Prof Rukayadi untuk bergabung dalam task force ini. Bisakah mereka membebaskan Robert Campbell? Ada apa sebenarnya penculikan ini? Silahkan baca novelnya hehehe…

Dong Mu adalah kata dalam bahasa Korea yang berarti teman. Mungkin sepadan dengan “kamerad” dalam bahasa Rusia. Penulis melihat beberapa hal positif yang dibawa oleh novel ini:

Isu nuklir, dimana pengarang berani mengambil isu ini. Isu nuklir masih sangat awam bagi bangsa Indonesia. Mang Jamal mendapatkan dukungan data yang handal dari beberapa sahabatnya terutama dari Suhermanto Duliman, yang sehari-hari berprofesi sebagai Nuclear Safeguard Inspector di IAEA-Tokyo. Profil Suhermanto ini juga “dipinjam” oleh Mang Jamal untuk tokoh Herman. Selain itu, Mang Jamal juga “meminjam” profil Yaya Rukayadi untuk profil Prof Rukayadi. Isu nuklir ini cukup aktual bagi Indonesia yang sedang kelimpungan untuk mengatasi masalah energi, terutama masalah kelistrikan.

Keterlibatan Miiliter dan Intelijen, baik dari Amerika Serikat, Korea Selatan, Korea Utara dan juga Indonesia. Selain itu juga keterlibatan IAEA, yang ditengarai sebagai kedok bagi negara-negara besar.

Penggunaan mikrobiologi sebagai alternatif senjata melawan musuh. Kita masih ingat bagaimana KBRI Australia kewalahan diserang oleh sekelompok orang dengan menggunakan senjata mikrobiologi beberapa tahun yang lalu.

Di samping beberapa hal positif, penulis melihat beberapa hal yang masih kurang dalam novel ini:

Masih kurangnya eksploitasi tentang konflik antar negara, sehingga kesannya terlalu datar dan mudah ditebak jalan cerita selanjutnya.

Kurangnya eksplorasi karakter pada novel ini. Herman yang digambarkan pemarah dalam suatu dialog, ternyata tidak tampak pada novel ini. Profil Rukayadi juga seperti dipaksakan dan lebih banyak sebagai tempelan saja.

Jalan ceritanya terlalu lurus, sehingga gampang ditebak. Pengarang terlalu sibuk menyampaikan informasi tentang nuklir dan lupa untuk membenahi jalan ceritanya.

Dan juga beberapa kejanggalan seperti: Kang Jin Sob terlalu mudah memberikan informasi yang sangat rahasia kepada Herman; Herman dengan gampang dapat mengikuti pelatihan militer di Batujajar tanpa ada screening terlebih dahulu; Pasukan AD Amerika terlalu gampang mengijinkan Prof Rukayadi untuk ikut dalam task force tanpa melalui screening; TKI yang menjadi pasukan bantuan pembebasan.

Terlepas dari beberapa kekurangan ini, penulis mengacung jempol pada Mang Jamal yang telah mengangkat isu nuklir, intelijen, dan militer pada novelnya kali ini.


Salam..

ELANG RETAK

Judul : Elang Retak; Mati Bukan Masalah, Hidup yang Jadi Persoalan.

Pengarang : Gus Ballon

Penerbit : Q-Press

Cetakan : 1

Tahun penerbitan : 2005


Penulis tertarik untuk membaca novel ini setelah membaca beberapa resensi yang menyatakan bahwa novel ini bagus. Saking penasarannya, penulis sengaja datang jauh-jauh ke Palasari, Bandung, yang dari dulu terkenal sebagai pasar buku dengan koleksi yang lengkap, mulai jaman Rafles sampai dengan buku-buku aktual. Dan novel ini didapat penulis dalam kondisi yang bagus (masih tersampul plastik) dan dibandrol cukup murah untuk novel yang tebal ini.

Novel ini bercerita tentang satu unit pasukan komando yang ditugaskan untuk menghentikan transaksi penjualan senjata kelompok sempalan “Orde Suci” di Pulau Kabilat. Pulau ini terletak di kawasan Indonesia Timur. Setting waktu diperkirakan pada pertengahan tahun 70-an. Sebagaimana informasi pada sampul belakang dari novel ini, novel ini bercerita tentang intrik politik, pertentangan berbagai ambisi kekuasaan, pengkhianatan, kesetiakawanan, sikap satria dan perwira, kekonyolan tentara dan adanya ruang abstraksi perasaan yang terpendam. Ceritanya berkelok-kelok dan membuat penasaran.

Unit komando ini terdiri dari pribadi-pribadi yang “unik”. Mempunyai kemampuan militer yang lebih, namun tidak diimbangi dengan perilaku yang baik. Indisipliner, urakan, berani dan ganas, itulah kata-kata yang cocok menggambarkan mereka. Mereka terdiri dari 14 orang dipimpin oleh Letnan Risman Zahiri. Tim ini dibantu oleh seorang sipil bernama Harun, yang menjadi tokoh utama dalam novel ini. Harun digunakan tenaganya karena mengenal pulau Kabilat.

Harun mempunyai latar belakang yang memaksanya terlibat dalam tim ini. Diceritakan bahwa Harun terpaksa melarikan diri dari Medan karena membunuh seorang bandar judi dan secara tidak sengaja membunuh seorang polisi. Ia kemudian bergabung dengan tim voluntir bentukan US Navy Seals, yang digunakan untuk membantu Amerika dalam perang Vietnam. Ia mendapatkan pelatihan militer ala Navy Seals dan membantu militer Amerika dalam operasi logistik di daerah delta sungai Mekong. Setelah Amerika kalah di perang Vietnam, Harun kabur ke Filipina. Di sinilah ini berkenalan dengan keluarga Ferte, yang menguasai sindikasi persenjataan di Filipina dengan basis di sebuah pulau kosong di wilayah internasional. Dari seringnya terlibat dalam transaksi penjualan senjata, Harun mengenal Pulau Kabilat. Dengan semakin pentingnya peran Harun pada keluarga Ferte, namanya mulai muncul di catatan INTERPOL.

Karena merasa capek dengan kondisi yang ada, Harun kabur ke Indonesia dan ditangkap oleh ALRI (TNI AL) di perairan Ambon. Karena masih sulitnya komunikasi, maka ia lolos dari incaran INTERPOL dan kepolisian Medan. Dari situ kemudian pergi ke Jawa dan bekerja serabutan. Dari sinilah ia dijebak dan terpaksa mengikuti tim komando ini.

Sebagaiman pengantar dari penerbit, novel ini sudah selesai pada tahun 2002 dan sudah ditawarkan ke berbagai penerbit dan sebgian besar menolak menerbitkannya. Berbagai alasan diterima oleh pengarangnya, mulai dari bersifat teknis seperti naskah terlalu panjang, temanya terlalu menyindir sampai tidak direspon sama sekali. Q-Press akhirnya yang menerbitkan novel ini karena tidak melihat alasan apapun untuk tidak menerbitkannya.

Yang menjadi misteri adalah pengarangnya. Novel ini tidak memberikan data apapun tentang pengarangnya. Sungguh disayangkan akan hal ini karena dengan ketiadaan data pengarang, kita tidak akan mengetahui kiprahnya (bila) menerbitkan novel lainnya.

Alur ceritanya menarik dan menegangkan. Penuh perenungan diri dari Harun sang tokoh dalam cerita ini, seperti perenungan yang menarik dan dijadikan sub judul novel ini: mati bukan masalah, hidup yang jadi persoalan.

NORTH WING

Judul : North Wing (Sorga Di Kapal Tua)

Pengarang : Arifin

Penyadur : Frederick IHM

Penerbit saduran : Kartika Bahari Press - Cirebon

Tahun penerbitan saduran : 2008

Penyadur berupaya untuk melestarikan novel ini dengan menyadurnya dari novel aslinya. Novel aslinya diterbitkan pada tahun 1968 dengan judul Sorga Di Kapal Tua. Upaya penyaduran ini adalah upaya untuk membangkitkan kembali semangat kebaharian. Sebagaimana kita ketahui, nusantara kita didominasi oleh laut. Dari 9 selat terpadat pelayarannya, 4 selat di antaranya berada di Indonesia. Sudah sepantasnya kita menguasai apa yang seharusnya miliki kita di laut, seperti semboyan kebanggan bangsa Inggris: Rule, Britania, Rule The Wave.

Di samping itu, penyadur melihat novel-novel karya Arifin sudah tidak ada lagi serta tidak ada upaya untuk memperbaharui novel tersebut. Penyadur sudah berupaya untuk menghubungi pengarang ataupun penerbitnya, namun sudah tidak diketahui lagi keberadaanya. Alasan untuk melakukan penyaduran adalah untuk membangkitkan semangat bahari serta mengenalkan komunitas pelaut, dimana penyadur juga berprofesi sebagai pelaut dan dosen pada Akademi Maritim Suaka Bahari – Cirebon.

Novel ini menceritakan seorang pelaut yang berprofesi sebagai markonis pada sebuah kapal penumpang. Profesi sebagai markonis merupakan suatu profesi terhormat dan penting selama lebih dari 90 tahun. Profesi ini sekarang praktis hilang dengan adanya pemanfaatan sistem komunikasi satelit serta adanya Sistem Global Keselamatan dan Marabahaya (Global Maritime Distress and Safety Systems = GMDSS). Dahulu sebuah kapal penumpang tidak bisa berlayar apabila tidak ada pelaut yang bertugas sebagai markonis. Akibat terbatasnya tenaga markonis, sering dijumpai kapal tertahan di pelabuhan karena ketiadaan markonis.

Setting novel ini diperkirakan sekitar awal tahun 60-an. Hal ini dapat dilihat dari adanya kisah tembak-menembak tentara pusat dengan PRRI serta banyaknya istilah – istilah yang sering digunakan seperti konfrontasi, ganyang, nyerempet bahaya (vivere pericolosamante). Pekuper dan lain-lain.

Sesuai dengan judul saduran,novel ini menceritakan tentang seorang markonis bernama Marco di atas kapal North Wing. Marco adalah pensiunan sersan mayor dari Angkatan Darat, dimana ia mengikuti program Wajib Militer Darurut (WAMILDA) untuk menjadi seorang pelaut. Setelah menganggur cukup lama, ia melamar ke North Oceanic Lines untuk menjadi seorang markonis. Ia diterima dan dikontrak untuk mengikuti perjalanan kapal penumpang North Wing ke Teluk Bayur – Padang dari Tanjung Priok.

Karena sulitnya transportasi pada waktu itu, kapal penumpang adalah salah satu moda transportasi yang favorit. Oleh karena itu, setiap kali kapal penumpang datang, selalu dijejali oleh penumpang. Sampai-sampai kamar kerja para mualim disewa oleh penumpang. Kamar kerja Marco pun yang berfungsi sebagai ruang radio, tidak luput “dijual” untuk disewakan kepada penumpang. Kamar ini disewa oleh tiga orang gadis: Hayati, Nurlely dan Zaleha. Ketiga gadis ini hendak ke Jakarta untuk meneruskan pendidikan. Selama perjalanan ini, Marco jatuh hati dengan Hayati. Akan tetapi sesampai di Jakarta, mereka berpisah. Marco pun patah hati menghadapi kondisi ini. Kemudian datang Mieke, sekretaris direksi North Oceanic Lines, yang dari awal bertemu sudah jatuh hati dengan Marco.

Karena suatu hal, Marco diberhentikan sebagai markonis kapal North Wing. Oleh Mieke dijanjikan untuk mendapatkan segera pekerjaan markonis di kapal lain. Akhirnya ia mendapat pekerjaan di kapal North Point. Dari kedekatan inilah, Marco jatuh hati dengan Mieke dan akhirnya menikah.

Salut buat penyadur yang berusaha keras untuk memberikan informasi seputar cerita ini. Hal ini sangat berarti buat penulis yang bukan berasal dari jaman terjadinya fiksi ini. Banyak istilah-istilah orde lama, yang penyadur berikan informasi. Apa dan bagaimana kehidupan tahun 60-an juga disajikan secara apik. Di samping itu juga, penyadur juga memberikan banyak informasi tentang pekerjaan pelaut di sebuah kapal. Untuk ke depan, ada baiknya penyadur memperbaiki tata letak seperti paragraf serta note sehingga enak untuk dibaca serta dapat menipiskan jumlah halaman yang ada.

Sekali lagi salut buat penyadur.

KEBIJAKAN PERTAHANAN NEGARA TETANGGA INDONESIA - 3

AUSTRALIA

Pengembangan kebijakan pertahanan berdasarkan pada perkembangan situasi regional Asia – Pasifik serta didukung oleh kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh Australia. Australia Defense Force (ADF) membuat prioritas-prioritas tertentu untuk pengembangan kebijakan pertahanan mengingat adanya keterbatasan untuk pemenuhan kebutuhan pertahanan. Kebijakan pertahanan yang dibuat adalah menjadi pedoman dalam pengembangan ADF yang kuat.


Dasar pengambangannya adalah:


> Adanya jaminan pemerintah atas kedaulatan Australia, melindungi warga negara Australia dan meningkatkan kepentingan Australia di luar negeri. Untuk pengembangannya, pemerintah Austalia harus meningkatkan pengamanan dalam negeri sehingga bebas dari gangguan, menjaga kondisi perekonomian dalam negeri, serta peningkatan atas kepentingan Australia di luar negeri.


> Masih tidak stabilnya kondisi politik di negara-negara Asia yang berdekatan dengan Australia. Untuk itu, Australia harus mengawasi perkembangan politik yang ada pada negara-negara tersebut serta tetap menjalin hubungan diplomasi dengan negara-negara tersebut. Untuk itu perhatian yang luas diberikan pada negara-negara yang berada di negara-negara kepulauan dari wilayah barat, utara dan timur dari benua Australia. Di samping itu juga, penguatan pertahanan di wilayah kepulauan kecil milik Australia dan perairan selatan sampai ke Antarctica.


> Untuk pengembangan kebijakan pertahanan, perlu adanya dukungan dari semua pihak. Kekuatan militer Australia akan bersinergi dengan kekuatan diplomasi serta perekonomian. Kerja sama pertahanan dengan Kepulauan Solomon dan Timor Leste adalah salah satu aplikasi sinergi ketiga kekuatan tersebut. Kerja sama ini disebut sebagai local multilateral security assistance. Selain itu, peningkatan kerja sama dengan Amerika Serikat, Inggris, Jepang, serta dengan negara-negara yang tergabung dengan NATO. Kerja sama juga dijalin dengan negara – negara commonwealth dalam Five Power Defense Arrangement (FPDA) yang beranggotakan Malaysia, Singapura, Inggris, Australia dan Selandia Baru. Kerja sama – kerja sama ini diharapkan akan meningkatkan nama Australia di mana internasional.


Salam...

Rabu, Desember 17, 2008

KEBIJAKAN PERTAHANAN NEGARA TETANGGA - 2

MALAYSIA

Rumusan kebijakan pertahanan merupakan manifestasi dari tujuan untuk menjaga kepentingan nasional, dimana rumusan tersebut terdiri dari 3 fundamental:

Ø Kepentingan nasional

Kepentingan nasional dapat dilihat dari kondisi dalam negeri, regional dan global. Kondisi dalam negeri yang harus diperhatikan adalah kondisi territorial daratan, laut dan udara, ZEE, Selat malaka, Selat Singapura, jalur laut dan udara yang menghubungkan semenanjung Malaka dengan Sabah – Serawak. Kepentingan nasional ditingkat regional yang perlu diperhatikan adalah kawasan Asia Tenggara, kepulauan Andaman serta laut China Selatan. Untuk kepentingan global, meningkatkan investasi asing serta melakukan akusisi di seluruh dunia yang dapat meningkatkan kepentingan nasional.

Ø Prinsip-prinsip pertahanan

Malaysia mengembangkan angkatan bersenjata secara independen dan didukung dengan kekuatan nasional lainnya yang dapat diandalkan. Selain membangun kekuatan tempur, juga dibangun jaringan logistik militer bekerja sama dengan industrial, dimana pembangunan tersebut berjalan sesuai dengan prioritas pembangunan.

Kerja sama tingkat regional terus ditingkatkan melalui ASEAN, Five Power Defense Arrangement (FPDA) yang beranggotakan Malaysia, Singapura, Inggris, Australia dan Selandia Baru, dimana negara-negara ini merupakan sekutu tradisional Malaysia. Kerja sama FPDA ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengamanan negara.

Ø Konsep pertahanan

Konsep yang dibangun oleh Malaysia Armed Force (MAF) adalah sikap antisipasi dan pertahanan total. Konsep antisipasi bertujuan untuk melemahkan segala ancaman yang datang, baik dar dalam maupun dari luar. Pertahanan total yang dibangun merupakan usaha terpadu dari pemerintah, non-pemerintah, sektor swasta dan masyarakat dalam rangka mempertahankan negara.


sumber

http://www.mod.gov.my/index.php?Itemid=173&id=89&option=com_content&task=blogcategory&lang=en


KEBIJAKAN PERTAHANAN NEGARA TETANGGA - 1

Merumuskan kebijakan pertahanan negara gampang-gampang susah. Gampang kalau semua pihak memiliki pemikiran yang sama tentang kebijakan pertahanan. Susah jika ternyata tidak memiliki pemikiran yang sama tentang kebijakan pertahanan. Lebih susah lagi jika masing-masing pihak lebih mengedepankan ego ketimbang memikirkan kepentingan bersama.

Sambil menunggu release buku putih pertahanan yang baru, tidak ada salahnya kita menilik kebijakan pertahanan 3 negara tetangga yang akhir-akhir ini sering bergesekan dengan negara kita: Singapura, Malaysia dan Australia.

SINGAPURA

Tujuan pembuatan kebijakan pertahanan adalah untuk memastikan Singapura dalam kondisi damai dan stabil serta kedaulatan dan territorial Singapura terjaga. Disamping itu, Singapura berkeinginan untuk berpartisipasi dalam menjaga perdamaian regional. Untuk mewujudkan hal tersebut maka diwujudkan dalam dua pilar utama kebijakan pertahanan: melalui diplomasi dan antisipasi di dalam negeri. Melalui diplomasi, Singapura berusaha untuk mengembangan dan membina hubungan dengan negara lain. Di dalam negeri, Singapura mengembangkan konsep TOTAL DEFENSE guna mengantisipasi keamanan dalam negeri.

Langkah-langkah yang akan dijalankan:

Ø Berdialog, membangun kepercayaan dan melakukan kerja sama regional dengan berbagai angkatan bersenjata di kawasan regional.

Ø Memperkuat TOTAL DEFENSE di dalam negeri agar dapat menghadapi segala ancaman keamanan di dalam negeri.

TOTAL DEFENSE yang dikembangkan oleh Singapore Armed Forces (SAF) terdiri atas lima komponen:

Ø Pertahanan militer: SAF harus dapat mengantisipasi agresi yang muncul dan harus mampu memukul balik lawan. Untuk mendukung hal tersebut, diberlakukan National Service bagi setiap warga negara sehingga dapat digerakkan setiap saat untuk dapat mempertahankan negara. SAF juga memngembangkan kemampuan dalam menangani ancaman unconventional: terror bom, pembajakan, ancaman nubika dan lain sebagainya.

Ø Pertahanan sipil: dimana Singapore Civil Defense Force (SCDF) melatih setiap warga untuk dapat melakukan penyelamatan atas diri, keluarga dan lingkungan. Mereka dilatih untuk dapat melakukan pertolongan pertama (first aid), melakukan proses penyelamatan dan evakuasi serta shelter management. Disamping itu, warga juga dilatih untuk memperhatikan lingkungan mereka agar waspada terhadap berbagai ancaman serta dapat melakukan antisipasi dini.

Ø Pertahanan ekonomi: melakukan peningkatan pengetahuan dan kemampuan untuk dapat mengantisipasi perubahan dunia. Penguatan fundamental ekonomi sehingga tidak jatuh apabila menghadapi masa perang atau krisis. Selain itu, melakukan konservasi energi dan penerapan environment-friendly sebagai budaya sehingga nantinya membuat Singapura “livable” untuk generasi yang akan datang.

Ø Pertahanan sosial: memperkuat kohesi sosial dengan menjaga harmoni antar berbagai ras, bahasa dan agama.

Ø Psychological defense: menumbuhkan kebanggaan, loyalitas, dan komitmen terhadap negara. Menumbuhkan rasa optimis untuk menghadapi segala tantangan.



Sumber:

http://www.mindef.gov.sg/imindef/about_us/defence_policy.html


MUNGKINKAH PERWIRA NON AKADEMI TNI MENJADI KEPALA STAF?

Pertanyaan ini penulis baca pada sebuah forum yang membahas tentang kemiliteran. Para pembahas semuanya bernada skeptis, dimana perwira-perwira non akademi tidak akan mungkin dapat meraih posisi-posisi strategis seperti KASAD, KASAL,KASAU atau bahkan Panglima TNI. Apa lulusan akademi TNI (baca: korps tempur) yang hanya dapat mengisi posisi-posisi tersebut? Lantas, bagaimana dengan proses pengembangan karir di level perwira? Bukankah semua perwira melalui jenjang yang sama, sehingga seharusnya punya kesempatan yang sama?

Sebagaimana kita ketahui bahwa sumber pembentukan perwira berasal dari 4 sumber: dari akademi TNI (AKMIL, AAL & AAU), dari bintara (SECAPA-AD/DIKTUKPA-AL/SETUKPA-AU), dari sarjana (SEPA PK/SEKBANG) dan pengangkatan khusus. Perwira dari akademi TNI berasal dari umum dan didik selama 3 tahun untuk menjadi perwira. Perwira dari SECAPA/DIKTUKPA/SETUKPA berasal dari bintara yang telah bertugas kurang lebih 4 tahun dan didik selama kurang lebih satu tahun untuk menjadi perwira. Perwira dari SEPA PK TNI dididik lebih kurang delapan bulan, berasal dari lulusan sarjana S1/D3, sementara untuk SEKBANG dididik selama kurang lebih tiga tahun. Perwira pengangkatan khusus didasarkan pada keahlian khusus yang dimiliki oleh seseorang dan TNI tidak memilikinya. Sepengetahuan penulis, pengangkatan perwira khusus terakhir terjadi pada awal 90-an, dimana Idris Sardi diangkat menjadi perwira dengan pangkat Letkol untuk pembentukan KORSIK ABRI.

Jika berkaca pada angkatan bersenjata paman sam, jabatan PANGAB, KASAD, KASAL dan KASAU bukanlah hal yang “tabu” dipimpin oleh non-akademi militer. Dari data Wikipedia, 11 orang terakhir yang menjabat PANGAB, 6 orang diantaranya merupakan lulusan program ROTC termasuk Colin Powell. 1 orang bahkan berasal dari bintara, yang karena peperangan diangkat sebagai perwira (battlefield commission). Untuk KASAD, dari 10 orang terakhir yang menjabat, 4 diantaranya merupakan lulusan program ROTC, termasuk KASAD saat ini, General George William Casey, Jr. Untuk KASAL, dari 10 orang terakhir yang menjabat, hanya 2 orang yang bukan lulusan USNA (satu lulusan program ROTC dan yang lain adalah lulusan OCS). Untuk KASAU, dari 10 orang terakhir yang menjabat, hanya 4 orang yang merupakan lulusan USAFA, lainya 4 orang lulusan program ROTC dan 2 orang lulusan USMA.

Jika melihat kondisi TNI saat ini, lulusan SECAPA/DIKTUKPA/SETUKPA serta SEPA PK dan SEKBANG belum dapat secara bebas berkarir dan “berkompetisi” untuk mencapai pimpinan puncak di masing-masing matra. Jangankan untuk berkompetisi untuk menjadi kepala staf, untuk jabatan-jabatan level menengah saja masih sering dipinggirkan.

Penulis pikir perlu adanya pembenahan pada career path, pembenahan soft-skill dan peningkatan hard-skill, sehingga yang nantinya memimpin posisi-posisi strategis memang betul-betul memiliki career path yang baik, soft-skill yang unggul dan hard-skill yang kuat. Ada baiknya juga TNI mulai menerapkan competence based analysis untuk penilai kinerja serta penempatan posisi jabatan, sehingga terbuka kesempatan bagi semua pihak untuk dapat promosi karir setinggi-tingginya. Jika hal ini terjadi, bisa jadi lulusan SEPA PK atau lulusan SECAPA mendapat kesempatan menjadi pemimpin strategis seperti PANGLIMA TNI, KASAD, KASAL, KASAU atau jabatan strategis lainya…. Yang menjadi pertanyaan, maukah pimpinan TNI (yang notabene lulusan akademi TNI) membuka peluang-peluang ini?


Salam...

Selasa, Desember 16, 2008

MILITARY LOGISTIC

Military logistic merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam peperangan. Military logistic menjalankan fungsi penunjang pertempuran. Meskipun hanya sebagai penunjang, namun fungsinya dapat mempengaruhi pasukan secara keseluruhan. Dari sejarah, kita dapat melihat bagaimana Sultan Agung dari Mataram gagal menguasai Batavia karena bahan makanannya dibakar oleh orang-orang suruhan VOC, sehingga terpaksa mundur.

Kata logistic berasal dari bahasa Yunani “logistikos” yang berarti keahlian dalam berhitung. Kemampuan matematika sangat ditekankan untuk orang-orang yang akan menjalankan fungsi logistik. Meskipun penekanan pada perhitungan matematika dalam setiap tugas, akan tetapi logistician, orang yang menangani fungsi logistik, juga menggunakan intuisinya dalam pengambilan keputusan. Dalam peperangan, logistician juga harus mengetahui strategi, taktik, intelijen, personalia dan keuangan.


Aplikasi fungsi military logistic juga diterapkan oleh TNI. Pada TNI AD, fungsi ini dilaksanakan oleh Korps Perbekalan dan Angkutan (CBA). Di TNI AL dilaksanakan oleh Korps Suplai (S) dan di TNI AU oleh Korps Perbekalan (KAL). Di samping para professional yang bertugas di bidang logistik, ada juga staf militer (bukan berasal dari korps logistik) yang ditugaskan untuk mengurusi masalah-masalah logistik. Untuk level organisasi batalion ke bawah dipergunakan istilah SEKSI 4, yang dipimpin oleh seorang Kepala Seksi (KASI) atau Perwira Seksi (PASI) yang berpangkat Kapten. Untuk level organisasi di atas batalion, dipergunakan istilah Staf Logistik (SLOG).


Berkarir sebagai professional military logistician di lingkungan TNI masih dipandang sebelah mata. Beberapa hal yang menimbulkan pandangan ini adalah:


> Kurang diperhatikan pengembangan profesionalitas military logistician, karena selama ini untuk posisi-posisi military logistic pada level strategis, lebih banyak diisi oleh non-profesional military logistician.


> Kurangnya kesempatan para logistician ini untuk mengembangkan karir lebih jauh. Hal ini karena organisasi (serta jabatan) military logistician masih sangat sedikit dan posisi jabatan di luar organisasi fungsional harus berebut dengan non-profesional. Akibatnya, para professional di bidang ini paling maksimal dapat meraih posisi bintang satu, serta lebih banyak mentok di posisi melati tiga dan melati dua.


Salam,

Senin, Desember 15, 2008

POKOK – POKOK GERILYA

Judul : Pokok – Pokok Gerilya dan Pertahanan Republik Indonesia di Masa Lalu dan Yang Akan Datang

Pengarang : Jenderal (Besar) A.H Nasution

Penerbit : Angkasa – Bandung

Cetakan : IV

Tahun penerbitan : 1980


POKOK – POKOK GERILYA merupakan salah satu karya monumental dari Jenderal Besar A.H Nasution yang diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1953. Buku ini merupakan salah satu buku pengantar untuk buku yang lain, SEKITAR PERANG KEMERDEKAAN yang dibukukan dalam 11 jilid. Buku yang menjadi referensi tulisan ini adalah cetakan ke 4 yang diterbitkan pada tahun 1980.


Dalam buku ini, Pak Nas memberikan sumbang saran serta memberikan contoh langsung, dimana beliau memimpin langsung sebagai Panglima Tentara Teritorium Djawa pada masa perang kemerdekaan. Strategi serta taktik gerilya yang Beliau kembangkan, berhasil melumpuhkan Tentara Belanda yang memiliki persenjataan modern pada saat itu.


Di samping itu juga, Beliau juga memiliki pengalaman praktis menghadapi perang anti-gerilya, dimana beliau berhadapan dengan DI/TII. Ironisnya, justru DI/TII menggunakan strategi dan taktik gerilya yang dikembangkan sang jenderal besar, sehingga mampu bertahan sekitar 15 tahun melakukan perang gerilya terhadap pemerintah RI.


Pak Nas memberikan pelajaran dasar tentang perang gerilya, dimana perang bukan hanya terdiri atas pengetahuan tentang taktik, strategi dan logistik, akan tetapi juga tentang ilmu politik, propaganda, ekonomi dan sosial. Beliau juga menegaskan seiring dengan berkembangnya bentuk-bentuk perang gerilya, pada prinsipnya perang gerilya adalah sama. Yang membedakan satu bentuk dengan bentuk lainnya hanyalah coraknya saja…


Dasar perang gerilya yang dikembangkan oleh Pak Nas diadopsi dari pedoman perang gerilya Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (TPRT) dimana strategi dan taktik dikembangkan dari 4 garis besar:

· Apabila musuh maju, maka kita mundur

· Apabila musuh bertahan, maka kita ganggu

· Apabila musuh mengalami kelelahan, kita serang

· Apabila musuh mundur, maka kita kejar.


Oleh karena itu ciri khas dari perang gerilya:

· Menghindari perang terbuka, dan berusaha mengganggu musuh secara sporadis.

· Menyerang musuh dengan penuh perhitungan.

· Didukung dengan organisasi yang rapi dan disiplin.

· Menghancurkan musuh secara berlahan, oleh karena itu perang gerilya yang terjadi, memakan waktu yang lama

· Bekerja sama secara erat dengan rakyat, dimana pihak gerilyawan berusaha merebut simpati rakyat dan secara tidak langsung menjadi pelindung bagi para gerilyawan.


Pada buku inilah, Pak Nas memperkenalkan idenya tentang organisasi militer, yang di kemudian hari dipergunakan sebagai dasar pengembangan organisasi di lingkungan TNI-AD, seperti adanya babinsa, dibentuknya kodam, kodim dan koramil. Beliau juga memperkenalkan istilah pasukan lokal-defensif dan pasukan mobil-ofensif. Pasukan lokal-defensif di kemudian hari dikenal dengan istilah Batalyon Teritorial, sementara pasukan mobil-ofensif dikenal sebagai Batalyon Tempur.


Salam

KULO NUWUN TO THE WORLD

...selama dunia masih berputar/perbedaan tak pernah pudar...

...terbawa keangkuhan manusia/tak ingin membagi rasa...

...bukalah mata hati kita/bayangkan masa depan dunia...

...bersatu rasa untuk melangkah/demi meraih harapan/dunia yang indah...


...adakah sepercik bahagia/yang tersisa di hati kita...

...bergandeng tangan dekatkan hati/tiada perbedaan dalam cinta dan kasih..


...bayangkanlah kita semua...berjalan bersama... menuju hidup damai sejahtera...

...sempatkanlah untuk melihat...di sekitar kita...ada kesenjangan antara manusia...

...lihat sekitar kita...


(Krakatau - Di Sekitar Kita)



Akhirnya jadi juga blog ini, so sebagai warga baru perlu mengucap "kulo nuwun" kepada seluruh jagad… semoga blog ini membawa manfaat bagi penulis dan pembaca blog ini..


Blog ini merupakan “soliloquy” penulis atas masalah-masalah terkait dengan pertahanan, yang menjadi perhatian penulis.. sudah tentu opini penulis belum tentu benar dan tepat (bahkan mungkin lebih banyak sok tau-nya he..he..he..)… so, sangat menyenangkan apabila ada yang dapat memberikan komentar untuk meluruskan pendapat penulis atau bisa jadi malah memberikan pendapatnya…


Penulis berkomitmen untuk menjaga blog ini dari godaan “malas” menulis dan tetap berusaha untuk memberikan kontribusi tulisan yang bermanfaat…


Salam,