Sabtu, Februari 28, 2009

MARINES CORPS: IDMC ‘ELITE’ TROOP – 3



Regu Pandu Tempur (battalion recon team) atau disingkat RUPANPUR adalah unit dalam batalyon infanteri marinir, yang didesain mampu bergerak cepat ke garis depan dan menjadi mata dan telinga bagi batalyonnya. Pengintaian, sabotase, peninjau depan, pengumpul data intel, pengarah bantuan tembakan (forward controller) adalah sebagian tugas yang diemban oleh Rupanpur ini. Sebelumnya istilah Rupanpur digunakan, digunakan nama Regu Penyelidikan Lapangan Marinir (Rulidiklap).

Setiap Rupanpur di yonif marinir beranggotakan 14 orang terdiri dari dua bintara dan 12 tamtama. Setiap personel memiliki kemampuan merata mencakup tembak runduk, senjata bantuan, senapan mesin, bahan peledak dan komunikasi. Regu ini langsung di bawah kendali Pasi 1 dengan supervisi Danyon.

Seleksi dan pelatihan

Calon anggota regu ini menjalani seleksi awal di tingkat batalyon. Seleksi awal di tingkat batalyon ini langsung dipimpin oleh Danyon. Seleksi awal meliputi tes fisik, mental dan psikotes. Di samping penilaian atas inisiatif yang tinggi serta jiwa kepemimpinan, juga menjadi pertimbangan kelulusan.

Materi pelatihan Rupanpur terdiri dari: pemantapan kemampuan operasi darat, materi kelautan, Rupanpur dalam serangan, Rupanpur dalam pertahanan, dan materi kombinasi.

Pemantapan kemampuan operasi darat dilakukan di Puslatpur Marinir Antralina, Sukabumi. Materi yang diajarkan antara lain: ilmu senjata, patrol, navigasi darat, mobud, air supply, dan pandu heli.

Materi kelautan di lakukan Pangandaran, dimana diajarkan antara lain: teknik menembus gelombang, renang laut, mengemudikan motor temple, menembak di atas perahu karet sampai long range navigation.

Materi Rupanpur serangan dan pertahanan merupakan materi dimana setiap siswa berlatih dalam regu untuk melakukan serangan maupun melakukan pertahanan.

Materi kombinasi merupakan materi kasus yang harus dipecahkan oleh para siswa dalam suatu regu.

Pelatihan Rupanpur ini bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan prajurit Rupanpur dalam antisipasi penugasan.

Oorah…

MARINES CORPS: IDMC ‘ELITE’ TROOP - 2



Batalyon Intai Amfibi atau dikenal dengan nama Yon Taifib berdiri pada tanggal 13 Maret 1961 dengan nama KIPAM (Kesatuan Intai Para Amfibi). Pendirian ini berdasarkan Skep Komandan KKO no 47/KP/KKO/1961. Pendirian KIPAM diperlukan karena KKO (nama Kormar pada waktu itu), merasa perlu sebuah pasukan khusus yang dapat melakukan pengumpulan data intel serta tugas ‘khusus’ yang tidak dapat dilakukan oleh satuan biasa. KIPAM berada di bawah pembinaan Yon Markas Posko Armatim-1.

Pada tanggal 25 Juli 1970, KIPAM berubah menjadi Yon Intai Para Amfibi. Setahun kemudian, 17 November 1971, Yon Intai Para Amfibi berubah menjadi Kesatuan Intai Amfibi. Kemudian terjadi perubahan menjadi Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib) dan di bawah koordinasi Resimen Bantuan Tempur Kormar. Seiring dengan perkembangan Kormar, per 12 Maret 2001, Yon Taifib berdiri sendiri dan langsung dibawah kendali Pasukan Marinir. Status pasukan khusus TNI AL diberikan melalui Skep KSAL no Skep/1857/XI/2003 per tanggal 18 November 2003.

Sejarah

Pada akhir tahun 50-an, para petinggi KKO melontarkan ide perlu adanya satuan khusus yang dapat dikirim ke wilayah musuh untuk mengumpulkan data intel seputar situasi dan kondisi terkini pantai yang bakal dijadikan sasaran pendaratan. Berkaca pada operasi amfibi yang dilakukan pada Perang Dunia II, Perang Korea, Operasi Indra (tahun 1953) dan Operasi militer menumpas PRRI, kedua operasi tersebut melibatkan KKO, maka kebutuhan satuan berkualifikasi intai amfibi dirasa mendesak.

Karena tidak memiliki kemampuan membangun pasukan khusus, maka secara rahasia KKO mengirimkan dua personelnya untuk menimba ilmu pada Royal Marine yang bertugas di Semenanjung Malaya. Selain itu juga, KKO mengirimkan perwiranya ke Sekolah Para Komando AD di Batujajar dan Wing Para AURI di Lanud Sulaiman, Bandung. Setelah dirasa cukup personel, maka dibentuk Kesatuan Intai Para Amfibi (KIPAM) pada tanggal 13 Maret 1961. Para personel yang menimba ilmu di luar TNI AL, kemudian ditugaskan untuk membentuk Sekolah Intai Para Amfibi KKO (SIPAMKO). Alumni pertama Sipamko langsung terjun dalam operasi Jayawijaya, yang merupakan bagian dari Operasi Trikora, guna merebut Irian Barat.

Untuk mengasah kemampuan, empat personel KIPAM bersama enam personel Kopaska berlatih ilmu selam tempur pada Armada Pasifik AL Uni Sovyet di Vladivostok. Setahun kemudian, bersama dengan prajurit KKO non-Kipam berlatih ilmu yang sama di USMC Landing Force Training Unit di Coronado, AS. Dengan semakin banyaknya lulusan Sipamko, maka pimpinan KKO mengubah kepanjangan Kipam menjadi Kompi Intai Para Amfibi.

Ketika Resimen chusus Tjakrabirawa dimekarkan, KKO kebagian jatah untuk mengirimkan satu Batalyon. Batalyon KKO ini dinamai Bataljon Kawal Kehormatan-2. Agar disegani, pimpinan KKO ‘menyelipkan’ satu peleton KIPAM di dalamnya.

KIPAM juga berkiprah dalam Operasi Dwikora dalam upaya menghalangi berdirinya Federasi Malaya.

Di awal orde baru, KIPAM mengalami pemekaran menjadi Bataljon Intai Para Amfibi pada 25 Juli 1970. Penggunaan nama ini tidak bertahan lama. Enam belas bulan kemudian berubah menjadi Kesatuan Intai Amfibi. Beberapa saat sebelum ABRI menggelar Operasi Seroja, nama Kesatuan Intai Amfibi diubah lagi menjadi Batalyon Intai Amfibi dengan home base di Surabaya.

Yon taifib yang semula berada di bawah komando Men Banpur 1 Marinir, kemudian dialihkan menjadi di bawah komando Pasukan Marinir-1, seiring dengan pemekaran Korps Marinir. Pembentukan Pasukan Marinir-2, juga diiringi dengan pembentukan Yon Taifib-2.

Tugas Pokok

Yon Taifib memiliki tugas pokok yaitu mengumpulkan info intel seputar kawasan pantai yang bakal didarai oleh pasukan induk. Kegiatan ini dilakukan sebelum, selama pendaratan dan sesudah pendaratan. Dengan tugas ini, maka setiap personel Yon Taifib mampu merencanakan dan melaksanakan misi pengintaian pada setiap operasi amfibi. Cakupan wilayah pengintaian meliputi 12 km dari garis pantai di saat air laut surut.

Yon Taifib mempunyai tugas pokok membina dan menyediakan kekuatan serta membina kemampuan unsur-unsur amfibi maupun pendaratan darat. Selain itu, melaksanakan tugas-tugas operasi khusus dalam rangka pelaksanaan operasi pendaratan amfibi, operasi oleh satuan TNI AL atau tugas-tugas lainnya dengan perintah Panglima TNI.

Organisasi

Ada 2 Yon Taifib masing-masing di bawah Pasmar I dan II. Batalyon ini dipimpin seorang mayor senior atau letkol dan memiliki kualifikasi Taifib.para Dan Yon ini bertanggung jawab langsung ke Dan Pasmar. Diperkirakan saat ini jumlah total prajurit Taifib adalah 1400 marinir dengan 85% adalah kombatan.

Dalam penugasannya, personel Taifib dibagi dalam 1 regu yang komposisinya berbeda dengan 1 regu marinir biasa. Dalam regur Taifib, terdiri dari 7 orang yang memiliki kemampuan ‘komando’.

Seleksi, Rekrutmen dan Pelatihan

Seleksi untuk menjadi anggota Yon Taifib berlangsung sangat ketat dan keras. Sebab mereka memiliki kontribusi besar dalam kesuksesan sebuah operasi amfibi. Prajurit yang dapat mengikuti seleksi adalah prajurit yang telah mengikuti pendidikan dasar tempur khas marinir. Prajurit yang mengikuti seleksi, berasal dari seluruh satuan marinir. Mereka harus lulus tes kesehatan, kesamaptaan dan psikologi. Maksimal umur untuk dapat ikut seleksi ini adalah 26 tahun.

Pelatihan calon prajurit Taifib dibagi dalam beberapa tahapan, yang mencakup medan darat, laut, udara dan bawah air. Setiap pelatihan dikenakan sistem gugur, sehingga prajurit yang berhasil lolos dari semua tahapan adalah prajurit unggulan. Pendidikan Taifib dilaksanakan selama hampir 9 bulan di Pusdik Marinir dan selanjutnya di Puslatpur Marinir, Karang Tekok-Situbondo.

Pada tahap pertama, diajarkan materi indoktrinasi dan orientasi dasar intel Amfibi selama 1,5 bulan. Pada tahap ini, para siswa menerima kembali perpeloncoan khas marinir dalam bentuk lebih keras. Lebih keras dari prajurit biasa karena mereka adalah calon anggota pasukan khusus.

Pada tahap kedua, para siswa menerima materi pertempuran darat: gerilya, anti-gerilya, patrol jarak jauh, pengintaian, sabotase, raid darat, pengamanan VVIP, penanggulangan terror, navigasi darat, lintas medan, combat SAR dan Rappelling.

Tahap ketiga, diberikan materi kelautan dan dilakukan praktek lapangan di daerah pantai. Materi lain yang diberikan adalah selam kedalaman, selam tempur, infiltrasi bawah air, demolisi bawah air, sabotase bawah air, selam SAR, renang jarak sedang dan jauh, serta pengintaian Hidrografi.

Pada tahap keempat, diberikan materi udara seperti: Rappelling, Mobud, Stabo/SPIE, helly water jump, pandu para, Air Supply, Free Fall, Terjun statik, free fall laut, dan lain-lain.

Pada tahap kelima, adalah materi kasus, dimana materi yang telah diajarkan dijadikan satu. Apabila lolos dari tahapan ini, maka siswa dinyatakan lulus.

Pasca kelulusan, para personel Yon Taifib dapat melanjutkan pendidikan spesialisasi ke tingkat madya dengan mengikuti berbagai kursus yang diselenggarakan di lingkungan Korps Marinir, TNI AL dan kesatuan TNI lainnya. Jenis kursus tingkat lanjut yang banyak dipilih adalah kursus medis, terjun payun, tembak runduk, lawan terror, teknik pertempuran bawah air, pandu tempur (pathfinder) dan pertahanan pangkalan.

Ciri khas Taifib

Selain brevet tri media yang digunakan oleh setiap prajurit Taifib, ciri khas lain adalah tali kur, topi kain berwarna krem cerah berlogo brevet tri media dan tulisan IPAM, dan pada pisau komando, di ujung pangkal sarung pisau, terdapat brevet tri media dikitari lingkaran putih bertuliskan Intai Amfibi Marinir. Tradisi tali kur dimulai sejak tahun 1961 dan digunakan oleh setiap prajurit. Tali kur harus ditanggalkan apabila tidak bertugas di Yon Taifib.

Oorah…

Jumat, Februari 27, 2009

MARINES CORPS: IDMC ‘ELITE’ TROOP - 1



Detasemen Jala Mengkara atau biasa disingkat Denjaka adalah sebuah detasemen pasukan khusus TNI AL yang berbasis marinir dan dibina oleh Kormar. Jala Mangkara yang berarti pengawal samudera adalah nama yang digunakan berdasarkan Skep KSAL no. Skep/42/VII/1997 tanggal 31 Juli 1997. Sebelumnya, nama yang digunakan adalah Pasukan Khusus Laut (PASUSLA) yang pendirian serta penggunaannya berdasarkan Skep KSAL no Skep/2848/XI/1982 tanggal 4 November 1982. Tanggal 4 November ditetapkan sebagai hari jadi Denjaka.

Denjaka memiliki tugas pokok membina kemampuan antiteror dan antisabotase di laut dan pantai serta kemampuan klandestin laut. Oleh karena itu, maka personel Denjaka juga direkrut dari personel Kopaska, di samping merekrut marinir dari Yon Taifib.

Seleksi, Rekrutmen dan Pelatihan

Tidak semua prajurit TNI AL diijinkan mengikuti seleksi calon prajurit Denjaka, meskipun ia berstatus anggota Yon Taifib ataupun Kopaska. Selain mendapat ijin dari atasan, ia harus memiliki masa tugas minimal 2 tahun dan tidak pernah berbuat tercela. Memiliki fisik yang prima dan memiliki kestabilan emosi yang tinggi. Usia maksimal seorang tamtama untuk bergabung dengan Denjaka adalah 30 tahun. Untuk Bintara dan perwira adalah 33 tahun. Sementara untuk tim markas maksimal berusia 34 tahun.

Persyaratan ‘wajib’ bagi marinir adalah harus memiliki kualifikasi para dan intai ampibi (IPAM) dan bagi non-marinir sudah lulus kualifikasi Kopaska. Setelah lulus dari serangkaian tes tersebut, maka mereka akan mengikuti Kursus Petanggulangan Teror Aspek Laut (PTAL) selama 6 bulan.

Materi pendidikan pada PTAL tidak banyak berbeda dengan unit komando lainya di lingkungan TNI. Yang menjadi pembedanya adalah lebih banyak penekanan aspek laut pada materi pendidikannya. Mereka diajarkan materi airborne, combat diver, combat swimmer, penggunaan rubber boat, CQB, teknik intel dan lain-lain. Disamping itu, diajarkan juga dasar-dasar psikologi, analisis situasi khusus dan teknik negosiasi. Kursus PTAL ini dibagi dalam empat tahap: tahap prabakti selama 7 hari, tahap pembekalan teori di kelas selama 90 hari, tahap pembekalan praktek lapangan selama 65 hari dan tahap konsolidasi selama 3 hari.

Jumlah siswa PTAL biasanya tidak lebih dari dua lusin prajurit. Walaupun materi kursus ini sangat berat, namun tingkat kelulusannya sangat tinggi yakni 80%. Hal ini dapat dipahami mengingat ‘bahan baku’ kursus ini merupakan prajurit pilihan.

Pasca kursus, prajurit Denjaka masih harus berlatih mengikuti spesialisasi serta pelatihan internal Denjaka. Di samping itu, prajurit Denjaka secara regular mengikuti latihan bersama dengan kolega lain baik lain lingkungan TNI maupun pasukan khusus dari luar. Tercatat USN Seals Team Six, British Special Air Service, dan British Special Boat pernah berlatih bersama Denjaka.

Organisasi

Secara garis besar susunan organisasi Denjaka terdiri dari satu tim markas, satu tim teknik, tiga unit serbu bersandi Alfa, Bravo dan Charlie. Masing-masing unit terbagi atas tiga tim: tim permukaan air, tim bawah air dan tim linud. Masing-masing tim beranggotakan 12 sampai 14 prajurit dengan berbagai keahlian.

Oorah…

MARINES CORPS: INDONESIA MARINE CORPS (IDMC)



Korps Marinir TNI AL adalah salah satu bagian dari komando utama (kotama) TNI AL, disamping kotama lain seperti Koarmatim, Koarmabar, Kolinlamil, Kodikal, Seskoal dan AAL. Cikal bakal Korps Marinir bermula dengan adanya Corps Mariniers pada pangkalan IV ALRI di Tegal pada tanggal 15 November 1945. Keberadaan Korps Marinir ini mengacu pada Corps Mariniers Belanda, yang menyertai AL-nya dalam setiap penugasan.

Sempat berubah nama menjadi Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) pada tahun 1948, namun 27 tahun kemudian diubah kembali menjadi Korps Marinir. Sangat aktif dalam berbagai operasi militer di Indonesia. Salah satu operasi militer ampibi terbesar adalah Operasi Jayawijaya, dimana ribuan marinir didaratkan di Irian Barat pada awal tahun 60-an. Pendaratan ini merupakan bagian dari Operasi Militer Trikora guna merebut Irian Barat dari Belanda.

Misi

Misi yang diemban oleh Korps Marinir TNI AL adalah:

Merupakan wadah pembinaan dan pengembangan kesatuan yang senantiasa siap melaksanakan tugas operasi.

Membentuk SDM Korps Marinir yang disiplin, bermoral dan bermartabat melalui program pendidikan

Melakukan pembinaan perilaku dan tradisi korps

Meningkatkan profesionalitas melalui sistem pembinaan latihan bertingkat, latihan gabungan dan latihan dengan negara lain.

Membina kepemimpinan militer

Meningkatkan kesejahteraan prajurit serta keluarganya.

Pemenuhan kelengkapan dan material tempur.

Pemanfaatan iptek bagi perkembangan Korps Marinir.

Organisasi

Kekuatan Tempur

Sesuai dengan rencana pengembangan TNI AL (1) maka akan dikembangkan 3 Pasmar, 2 Brigmar BS, 1 Denjaka, 5 Lanmar, 1 Satintel dan 11 Yonmarhanlan. Adapun kekuatan saat ini:

A. PASMAR-1, Surabaya

Brigif-1 Mar: Yonif-1 Mar, Yonif-3 Mar, Yonif-5 Mar

Men Art-1 Mar: Yon Arhanud-1 Mar, Yon Howitzer-1, Yon Roket-1

Men Kav-1 Mar: Yon Ranratfib-1, Yon Tankfib-1, Yon Kapa-1

Men Banpur-1: Yon Angmor-1 Mar, Yon Komlek-1 Mar, Yon Bekpal-1 Mar, Yon Zeni-1 Mar, Yon Kes-1 Mar, Yon Provos-1 Mar.

Yon Taifib-1

Yon Marhanlan V, Surabaya

Yon Marhanlan VI, Makassar

Yon Marhanlan VII, Kupang

Yon Marhanlan VIII, Bitung

Yon Marhanlan IX, Ambon

Yon Marhanlan X, Jayapura

B. PASMAR-2, Jakarta

Brigif-2 Mar: Yonif-2 Mar, Yonif-4 Mar, Yonif-6 Mar

Men Art-2 Mar: Yon Arhanud-2 Mar, Yon Howitzer-2, Yon Roket-2

Men Kav-2 Mar: Yon Ranratfib-2, Yon Tankfib-2, Yon Kapa-2

Men Banpur-2: Yon Angmor-2 Mar, Yon Komlek-2 Mar, Yon Bekpal-2 Mar, Yon Zeni-2 Mar, Yon Kes-2 Mar, Yon Provos-2 Mar

Yon Taifib-2

Yon Marhanlan I, Belawan

Yon Marhanlan II, Padang

Yon Marhanlan III, Jakarta

Yon Marhanlan IV, Tanjung Pinang

C. BRIGIF-3 MAR, Lampung

Yonif-7 Mar, Yonif-8 Mar, Yonif-9 Mar

D. KOLATMAR

E. LANMAR Surabaya

F. LANMAR Jakarta

Penugasan

Operasi Trikora

Operasi Dwikora

Operasi Seroja

Darurat Militer Aceh

Operasi Militer di Papua

Konflik Sipil di Maluku, Sulteng dan Kalbar

Pamtas


Oorah…

MARINES CORPS: SEMPER FI


United States Marine Corps atau yang lebih dikenal sebagai USMC didirikan pada tahun 1775 merupakan pasukan andalan AS. USMC selalu ikut serta dalam semua peperangan yang melibatkan AS. Karena banyak terlibat dalam berbagai peperangan, USMC banyak melahirkan ahli peperangan ampibi, baik teori maupun praktek.

Per 31 Desember 2008, total anggota USMC aktif adalah 180.000 tentara serta 40.000 tentara cadangan. Meskipun menjadi ‘ujung tombak’, nyatanya jumlah anggota USMC adalah jumlah terkecil jika dibandingkan dengan saudara-saudaranya di AB AS.

Misi

USMC bertugas sebagai kekuatan militer ampibi yang siap setiap saat, mempunyai 3 tugas utama:

Mempertahankan pangkalan AL dan pertahanan pesisir lain guna mendukung operasi laut secara keseluruhan.

Pengembangan taktik, teknik dan persenjataan yang digunakan untuk pendaratan ampibi.

Berbagai tugas yang diperintahkan oleh Presiden AS.

Penugasan USMC, di samping penugasan utamanya, juga bertugas untuk protokoler negara. Beberapa unit USMC didedikasikan untuk keperluan tersebut. Marine Band berfungsi untuk pelengkap acara-acara kenegaraan di Gedung Putih. Marine Guard Presidential menjadi penjaga utama kediaman Presiden. USMC juga menyediakan satu detasemen helicopter untuk transportasi Presiden dan Wapres, dengan kode ‘Marine One’ dan ‘Marine Two’. Penjagaan untuk perwakilan AS di luar negeri diserahkan pada USMC, dimana mengerahkan unit ‘Marine Security Guards’.

Sejarah

Pembentukan Continental Marines untuk menghadapi perang revolusi Amerika pada tanggal 10 November 1775, dianggap sebagai tonggak awal USMC. Pada awalnya didirikan 2 batalion marinir, yang merupakan hasil keputusan dari kongres continental. Setelah perang revolusi berakhir, pasukan Continental Navy dan Continental Marines dilikuidasi pada tahun 1783. Meskipun telah dilikuidasi, beberapa tentara marinir secara individu ikut dalam kapal perang AL AS. Pada tahun 1798, untuk mengantisipasi perang laut dengan Perancis, kongres memutuskan untuk membentuk kembali AL dan Korps Marinir.

Pada perang Barbary pertama terjadi aksi marinir yang sangat terkenal, dimana William Eaton dan First Lieutenant Presley O’Bannon memimpin 7 marinir dan 300 tentara bayaran untuk merebut Tripoli. Meskipun akhirnya mereka hanya mampu mencapai kota Derna, aksi perebutan ini kemudian diabadikan dalam himne marinir serta tradisi pedang Mameluke yang dibawa oleh para perwira marinir.

Selama perang tahun 1812, detasemen marinir mengambil bagian dalam pertempuran laut. Kontribusi terbesar dalam pertempuran adalah upaya untuk menghambat tentara Inggris dalam merebut Washington DC pada perang Bladensburg. Dengan reputasinya selama perang ini, USMC kemudian banyak memiliki penembak jitu, terutama dalam peperangan antar kapal.

Setelah perang berakhir, USMC dipimpin oleh Kolonel Archibald Henderson. Archibald Henderson merupakan komandan USMC terlama (38 tahun) pada posisi tersebut. Selama kepemimpinannya, USMC melakukan berbagai tugas ekspedisi ke kawasan Karibia, Teluk Mexico, Key West, Afrika Barat, Kepulauan Falkland dan Pulau Sumatra. Ekspedisi dilakukan dalam kapasitas mengawal East India Squadron. Pada masa kepemimpinannya, ia berhasil menegaskan ‘posisi’ USMC sebagai ‘sister service’ pada US Navy. Upaya ini dilakukan, karena ada usulan dari Presiden Jackson, untuk menggabungkan USMC dengan US Army.

Kolonel Henderson juga terkadang memimpin langsung pasukan marinir pada peperangan yang melibatkan AS. Ia memimpin 2 batalion, yang merupakan setengah dari kekuatan USMC, pada perang Seminole tahun 1835. Ia mengirimkan pasukan marinir dalam perang Mexico-Amerika pada tahun 1846-1848. Pada perang tersebut, pasukan marinir merebut Chapultepec Palace di Mexico City. Peristiwa ini diabadikan pada himne USMC pada frase: From The Halls of Montezuma. Selama perang sipil tahun 1861-1865, marinir AS lebih banyak bertugas melakukan tugas blokade.

Berkaca pada perang serta keterlibatan dalam berbagai pertempuran, ‘peran’ marinir mulai dipertanyakan. Perubahan model kapal perang yang digunakan oleh AL dari tipe ‘sail’ ke tipe ‘steam’, menimbulkan pertanyaan atas peran marinir di kapal perang. Sementara itu, marinir mulai ‘nyaman’ dengan peran sebagai pasukan pendaratan pantai serta penugasan-penugasan ke luar negeri. Pada masa ‘perenungan’ ini, marinir mengukuhkan emblem, himne korp serta motonya: Semper Fidelis atau Semper Fi, yang berarti Always Faithful.

Selama perang Spanyol-Amerika tahun 1898, marinir memimpin kekuatan militer AS di Philipina, Kuba, dan Puerto Rico. Di Teluk Guantanamo, Kuba, marinir membangun lanal yang sampai saat ini masih digunakan. Antara tahun 1899 sampai dengan 1916, marinir AS secara berkesinambungan ikut serta dalam penugasan ke luar negeri, termasuk pada perang Philipina-Amerika, Boxer Rebellion di Cina (1899-1901), Panama, Cuban Pacification, peristiwa Perdicaris di Maroko, Veracruz (Mexico), Santo Domingo (Dominika), Nicaragua, dan perang pisang di Haiti.

Selama Perang Dunia pertama, para veteran marinir memainkan perang penting dalam kekuatan perang AS. Marinir AS mempunyai perwira dan bintara yang memiliki pengalaman perang yang lebih banyak dari AD AS. Pada perang tersebut, marinir AS mengerahkan 2400 perwira dan 70000 bintara dan tamtama. Pengalaman pertempuran di Perang Dunia pertama, dijadikan pelajaran untuk pengembangan teknik pertempuran dan pendaratan ampibi.

Pada Perang Dunia kedua, marinir AS mengikuti beberapa pertempuran seperti pertempuran Guadalcanal, Tarawa, Cape Gloucester, Peleliu, Iwo Jima dan Okinawa. Pada pertempuran Iwo Jima, seorang fotographer AS bernama Joe Rosenthal, mengabadikan pengibaran bendera AS di Bukit Suribachi, Iwo Jiwa oleh 5 marinir dan satu Corpsman. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Raising the Flag on Iwo Jima. Berbagai kontroversi seputar peristiwa tersebut dapat dilihat pada film Flags of Our Fathers. Pada Perang Dunia kedua ini tercatat 87000 tentara marinir terluka, 20000 tentara gugur dan 82 tentara marinir menerima penghargaan tertinggi: Medal of Honor.

Setelah Perang Dunia kedua berakhir, Marinir AS mengembangkan organisasi dari 2 brigade menjadi 6 divisi, 5 wing penerbangan dan pasukan pendukung, dengan total anggota berjumlah 485000. Selain itu, dibentuk 20 batalion pertahanan pangkalan dan satu battalion linud.

Pada Perang Korea (1950-1953) peran marinir sangat besar dalam peperangan tersebut. Pada perang tersebut, marinir AS dapat memukul mundur pasukan Korea Utara sampai Sungai Yalu, sebelum Cina ikut membantu tentara Korea Utara.

Marinir AS memainkan peranan penting pada Perang Vietnam, dengan mengambil bagian dalam pertempuran di Da Nang, Kota Hue dan Khe Sanh. Beberapa anggota marinir menjadi anggota klandestin dan membantu tentara Vietnam Selatan melawan tentara Vietnam Utara. Perang Vietnam menjadi perang terlama yang pernah diikuti oleh USMC, dengan 13091 gugur, 51392 terluka dan 57 marinir mendapatkan Medal of Honor. Pasca perang tersebut, USMC mulai memfokuskan pengembangan kelompok bintara, karena kelompok ini merupakan bagian penting dari kekuatan USMC secara keseluruhan.

Setelah perang Vietnam, marinir AS mengembangkan peran sebagai ‘expeditionary’, dengan ikut serta dalam pembebasan sandera di kedubes AS di Iran tahun 1980 yang gagal total, invasi AS ke Grenada dan Invasi AS ke Panama. Peristiwa penting pasca Perang Vietnam yang perlu dicata adalah dibomnya markas marinir AS di Beirut, Lebanon, pada 23 Oktober 1983. Peristiwa ini menimbulkan luka mendalam bagi USMC. Pada tahun 1990, marinir AS ikut dalam Satgas Gabungan berkode Sharp Edge, guna menyelamatkan warga Inggris, Perancis dan Amerika dari Liberia, akibat perang sipil di negara tersebut. Pada Perang Teluk Persia (1990-1991), satgas marinir AS merupakan satuan militer AS paling awal yang ditugaskan. USMC juga ditugaskan di Somalia selama tahun 1992 – 1995.

Pasca serangan 9/11, marinir AS ikut berpartisipasi dalam menumpaskan kekuatan Al-Qaeda dan kelompok teroris lainnya di Afghanistan, semenjak Oktober 2001. Tahun 2002, terlibat pada satgas gabungan bersandi ‘Horn of Africa.

USMC merupakan tim awal yang ditugaskan dalam invasi AS ke Irak di tahun 2003. Sempat meninggalkan Irak pertengahan 2003, namun kembali lagi pada kuartal pertama 2004. Marinir AS mendapatkan tanggung jawab atas Provinsi Anbar di Irak, yang merupakan wilayah gurun pasir terbesar di wilayah barat kota Bagdad. Terlibat dalam pertempuran Fallujah (April dan November 2004). Sampai saat ini (2009), marinir AS masih bertugas di wilayah tersebut.

Kapabilitas

USMC ‘diasuh’ oleh Department of the Navy. Ia dipimpin oleh seorang Commandant of the Marine Corps, yang bertanggung jawab atas organisasi, rekrutmen, pelatihan dan kelengkapan dari marinir AS. USMC diorganisasikan dalam 4 divisi: MABES, Operating Forces, Supporting Establishment dan kekuatan cadangan.

Operating Forces dibagi dalam 3 kategori: Marine Corps Forces, yang ditugaskan pada masing masing kowilhan; Marine Corps Security Forces, yang menjadi penjaga instalasi AL; dan Marine Corps Security Guard, detasemen pengawal perwakilan AS di luar negeri.

Supporting Establishment terdiri dari Marine Corps Combat Development Command (MCCDC), Marine Corps Recruit Depot (MCRD), Komando Logistik, unit markas laut dan udara, dan Marine Band.

Ciri khas USMC adalah mampu ditugaskan secara cepat ke belahan bumi manapun, yang kemampuan ini tidak dimiliki oleh matra lain di dalam AB AS. Struktur dasarnya adalah adanya Marine Air-Ground Task Force (MAGTF), yang merupakan gabungan kekuatan tempur darat, kekuatan udara serta didukung oleh kekuatan logistik.

Hubungan dengan matra lain

Secara umum, marinir AS berbagi sumber daya dengan matra lain dalam AB AS. Meskipun demikian, USMC secara konsisten mengembangkan identitasnya sesuai dengan misi, dana dan asset. USMC hanya memiliki beberapa instalasi milik sendiri. Selebihnya banyak ‘menumpang’ pada pos AD, AL dan AU.

Marinir AS sering menggunakan menggunakan fasilitas tempur AD (termasuk dengan hasil riset AD), fasilitas latihan, dan berbagai konsep lainnya. Mayoritas dari kendaraan dan persenjataan merupakan ‘hasi’ riset AD AS. Secara budaya, Marinir dan AD memiliki kesamaan dalam penggunaan beberapa istilah militer AS. Pembedanya adalah Marinir juga menggunakan istilah-istilah yang berlaku di AL. Budaya yang tercipta di Marinir AS adalah tradisi sebagai ‘petarung’ yang tangguh, dimana setiap anggota marinir adalah seorang penembak dan berkembang melalui pelatihan multi bidang serta siap sedia dalam penugasan apapun.

Dengan AL, Marinir merupakan ‘partner service’ dan telah memiliki hubungan erat semenjak dulu. Bentuk dukungan AL pada marinir adalah sebagai penyediaan alat transportasi, logistik, tim medis dan tim bintal yang membantu Marinir dalam setiap penugasannya. Sebaliknya, Marinir memiliki tanggung jawab untuk pelaksanaan operasi pendaratan pendukung tugas AL, termasuk merebut lanal dan lanud ‘musuh’. Kerja lain yang dilakukan bersama AL adalah mencetak perwira melalui Akademi Angkatan Laut (USNA) dan program perwira wamil (ROTC). Pilot-pilot marinir dididik di Penerbal AS.

Hubungan dengan AU dilakukan dalam berbagai bidang. AU mendukung pelatihan bagi pilot-pilot Marinir serta mendukung Marinir dalam angkutan pasukan melalui udara. Marinir sendiri dalam penugasannya bekerja sama dengan Pasukan ‘darat’ USAF dalam perebutan lanud.

Rekrutmen

Sumber daya perwira diambil dari Akademi Angkatan Laut (USNA), program Wamil (ROTC) dan Program Secapa (OCS). Seluruh perwira marinir wajib mengikuti sekolah dasar marinir di Depo Marinir - Quantico, Virginia. Disekolah tersebut, mereka dilatih dasar-dasar infantry dan berbagai kesenjataan lain. Dengan konsep ‘every Marine is a rifleman’, maka setiap perwira marinir memiliki kualifikasi sebagai danton infantri.

Setiap bintara marinir wajib mengikuti sekolah dasar marinir, yang dikenal dengan ‘boot camp’. Sekolah ini diadakan Depo Marinir - San Diego dan Depo Marinir – Parris Island. Untuk wanita, pelatihan marinir hany dilakukan pada Depo Marinir – Parris Island. Setelah selesai dari boot camp, mereka kemudian mengikuti sekolah infantry di Camp Geiger atau Camp Pendleton. Setelah menyelesaikan pelatihan infantry ini, mereka baru mengikuti sekolah kecabangan sesuai dengan penugasannya.

Pop Culture

Banyak budaya yang tercipta dalam lingkungan Marinir AS. Kebudayaan ini meningkatkan rasa esprit de corps atas USMC.

Beberapa tradisi ‘resmi’ yang tercipta dari sejarah marinir AS adalah Himne Marinir, yang tercipta pada abad 19; motto Semper Fidelis atau sering disingkat Semper Fi yang berarti always faithful. Emblem Eagle, Globe and Anchor, yang sering disingkat EGA, digunakan mulai 1868. Pedang ‘Mameluke’ yang digunakan oleh para perwira marinir serta Pedang bintara marinir, dimana hanya bintara Marinir AS yang menmbawanya, sementara bintara pada matra lain tidak membawa pedang.

Beberapa tradisi ‘tak resmi’ juga tercipta dari sejarah marinir AS, seperti panggilan ‘jarhead’, ‘gyrene’, ‘leatherneck’ dan ‘devil dog’. Istilah ‘tak resmi’ lainnya adalah ‘Oorah’ dan ‘Semper Fi’ yang menjadi salam di kalangan marinir AS. Motto ‘Improvise, Adapt and Overcome’ menjadi motto umum di berbagai unit dalam lingkungan marinir AS.

Oorah…

MARINES COPRS: IN THE BEGINNING


Marine atau marinir berasal dari bahasa latin ‘marinus’ yang berarti laut. Marinir adalah kekuatan militer yang dioptimasikan untuk operasi militer di laut. Di lihat dari sejarah, kekuatan mariner adalah bagian dari kekuatan AL. Meskipun demikian, di beberapa negara, kekuatan mariner berdiri sendiri dan terlepas dari kekuatan AL.

Pada awalnya, penugasan marinir adalah memberikan perlindungan keamanan di atas kapal perang selama di laut. Selain itu, marinir ditugaskan untuk merebut dan mengamankan pantai sebagai upaya dukungan pendaratan kapal. Pada abad ke 20, penugasan marinir mengalami perluasan dan menjadi pasukan inti dalam pendaratan pantai atau amphibious warfare.

Tidak semua negara menggunakan kata ‘marine’ sebagai penamaan untuk pasukan marinir. Di beberapa negara seperti Spanyol, Jerman dan Rusia, menggunakan nama ‘naval infantry’ sebagai nama pengganti ‘marine’. Selain itu juga ada yang menggunakan istilah coastal infantry. Di negara-negara berbahasa Perancis, kata yang digunakan sebagai terjemahan dari ‘marine’ adalah ‘troupe de marine’ dan ‘fusilier-marine’. Penggunaan nama lain adalah ‘Fuzileiros Navais’ di negara-negara berbahasa Portugis.

Peran Marinir saat ini

Pada saat ini, peran pasukan marinir adalah melakukan operasi militer di wilayah pesisir pantai atau littoral zone, beroperasi mulai dari kapal perang untuk mengamankan pendaratan serta mengamankan wilayah dari pantai sampai dengan 50 mile dari pantai ke darat. Satuan tugas marinir bertugas dari kapal perang dengan menggunakan helikopter, landing-craft, hovercraft atau kendaraan amfibi. Mereka juga dapat diturunkan melalui penerjuanan. Sebagai tambahan tugas, pasukan marinir juga dapat digunakan untuk pendukung tugas AL, seperti penjagaan pelabuhan dan operasi di wilayah sungai.

Jaman Romawi

Pasukan marinir mulai dikenal pada abad pertama sebelum masehi. Pada masa tersebut, pengelompokkan kru kapal perang dibagi atas: marinir, rowers/seamen, craftsmen dan berbagai pekerjaan pada kapal perang.

Detasemen marinir dibentuk untuk memperkuat kapal perang yang berpangkalan di Marseilles. Kapal perang merupakan kekuatan laut Romawi di wilayah barat Eropa (1).

Modern Marine

Marinir mulai diorganisasikan secara modern semenjak abad ke 16. Dimulai dengan pembentukan ‘Infanteria de Armada’ (Naval Infantry) yang dibentuk pada tahun 1537. Konsep pasukan marinir yang digunakan saat ini adalah berdasarkan konsep dari Raja Philip II dari Spanyol. Kekuatan marinir ini juga merupakan bagian dari kekuatan militer ekspedisi untuk menyebarkan wilayah koloni Spanyol. Saat ini Pasukan marinir Spanyol bernama ‘Infanteria de Marina’ merupakan salah satu pasukan elit Spanyol serta dianggap sebagai pasukan marinir modern ‘tertua’ di dunia (2).

Korps Marinir Portugis (Corpo de Fuzileiros) adalah unit militer tertua di Portugal, yang dibentuk pada tahun 1621. Perlu dicatat juga, peran ‘marinir’ sebenarnya sudah ada sejak penyertaan pasukan artileri dan pasukan senapan pada kapal perang Portugis semenjak tahun 1585. Pasukan marinir Portugis ini juga menjadi pasukan elit dan berfungsi juga sebagai bagian dari pengamanan terhadap kerajaan. Korps Marinir Brasil (Corpo de Fuzileiros Navais do Brasil) merupakan hasil ‘bentukan’ dari Korps Marinir Portugis pada tahun 1808, pada saat pengungsian keluarga kerajaan Portugis ke Brasil akibat perang Napoleon (3).

Pasukan Marinir Perancis (Troupes de Marine) dibentuk pada tahun 1622, dimana pada waktu itu merupakan pasukan darat, yang merupakan bagian kekuatan AL Perancis di wilayah koloni Kanada-Perancis. Dalam kiprahnya, pasukan marinir ini lebih sering mendapatkan penugasan luar negeri. Kemudian pada tahun 1900, pasukan ini ditransfer ke AD Perancis dan menjadi bagian dari pasukan kolonial (Troupes Coloniales) dengan julukan la Coloniale atau disingkat la Colo. Pembubaran pasukan kolonial ini pada tahun 1958, tidak merubah ‘kepemilikan’ AD Perancis atas pasukan marinir ini (4).

Pasukan marinir lain yang dianggap sebagai perintis pasukan marinir modern adalah Royal Marines. Berdiri pada tahun 1664, dengan nama Duke of York and Albany’s Maritime Regiment of Foot atau dikenal dengan nama Admiral ‘s Regiment. Pembentukan pasukan ini merupakan bagian dari mobilisasi menghadapi perang Anglo-Dutch kedua. Kini, Royal Marines merupakan salah satu kekuatan ‘elit’ dari pasukan Inggris dalam berbagai penugasan di seluruh dunia (5)

Jangan lupa, bahwa Netherland Marine Corps (Korps Mariniers) juga merupakan salah satu pasukan marinir tertua di dunia. Korps Mariniers dibentuk pada tahun 1665 dan digunakan untuk menghadapi perang Anglo-Dutch kedua. Sebenarnya, pada perang Anglo-Dutch pertama, Belanda telah menempatkan sebagian kecil tentara infanterinya pada kapal-kapal perang. Sempat dibekukan pada penjajahan Napoleon, namun kembali dibentuk pada tahun 1814. Korps Mariniers merupakan andalan Belanda dalam operasi militer dan operasi keamanan di luar negeri serta penjagaan negara protektorat Belanda seperti Aruba (6)

Oorah …

Minggu, Februari 22, 2009

TIMOR-TIMUR: AUSTRALIA ‘SRIGALA BERBULU DOMBA’

Australia sangat berambisi untuk ‘menguasai’ Timor Leste. Apa yang membuat Australia begitu bernafsu? Tak lain adalah kepentingan Australia untuk menguasai Celah Timor yang kaya akan minyak dan gas. Upaya Australia untuk menguasai Celah Timor ini karena nilai tambang yang dihasilkan diperkirakan sebesar USD 10 trilyun. Aussie, sebutan ‘gaul’ untuk Australia, berupaya bernegosiasi dengan pemerintah Portugis. Negosiasi tersebut ‘gagal’ karena Portugis tidak mau mengikuti ‘kemauan’ Aussie dan menilai perjanjian yang akan dihasilkan lebih banyak menguntung Aussie semata. Hal ini ditambah lagi dengan perubahan politik di Portugis yang cenderung kiri serta berlarutnya proses negosiasi membuat Aussie mencari alternatif baru.

Kegagalan AS dan sekutunya (termasuk Aussie) pada perang Vietnam serta ketakutan akan pengaruh komunis di Asia Tenggara, dilihat Aussie sebagai ‘peluang’ lain untuk menguasai Celah Timor. Aussie ‘melihat’ Indonesia sebagai negara yang pas untuk ‘dikerjain’ dan diperkirakan mau mengikuti kemauan Aussie untuk menguasai Celah Timor (1). Apalagi hubungan Indonesia dengan negara-negara ‘barat’ termasuk Aussie sedang menghangat. PM Aussie pada waktu itu, Gough Whitlam, memiliki hubungan erat dengan para pemimpin Jakarta, memanfaatkan kesempatan ini dengan ‘mendorong’ Indonesia untuk mengambil alih kekuasaan di Timor Portugis. Sebenarnya, Indonesia tidak begitu tertarik dengan rencana untuk pengambil alihan kekuasaan di Timor Portugis. Dalam berbagai kesempatan, Indonesia menyatakan tidak ingin mencari kekuasaan di luar wilayah bekas koloni Belanda, yang secara eksplisit merujuk pada wilayah Timor Portugis (2). Dalam beberapa pertemuan antara pejabat tinggi Indonesia dengan Aussie, mereka menyatakan bahwa pendirian negara Timor Portugis tidak layak serta mengancam stabilitas keamanan regional. Ancaman akan bahaya komunis ternyata ‘termakan’ oleh para pemimpin Indonesia yang memang sangat phobia dengan komunis.

Padahal Aussie sebenarnya punya peluang masuk langsung ke Timor Portugis pada waktu itu. Berdirinya partai ADITLA (Associacao Democratica da Integraciao de Timor Leste a Australia/Asosiasi Integrasi Demokratis Rakyat Timor ke Australia) sebenarnya dapat dimanfaatkan Aussie. Karena ‘kegagalan’ pada perang Vietnam yang menumbuhkan semangat anti perang pada waktu itu serta opsi mendorong Indonesia mengambil alih Timor Portugis terlihat lebih menguntungkan, membuat Aussie menolak usulan ADITLA. Partai tersebut akhirnya membubarkan diri.

Di awali dengan operasi intelijen bersandi ‘Komodo’ yang bertujuan untuk pembentukan serta memperkuat opini agar berintegrasi dengan Indonesia, pada tanggal 7 Desember 1975, Indonesia resmi mengambil alih kekuasaan Timor Portugis dan merubahnya menjadi Timor Timur.

Ternyata perundingan dengan Indonesia tidak mudah sebagaimana perkiraan sebelumnya. Perundingan yang berlarut – larut serta pemaksaan kehendak Aussie, membuat Indonesia setengah hati untuk meneruskan perundingan. Perjanjian Celah Timor antara Indonesia dan Australia baru ditanda tangani pada tanggal 11 Desember 1989. Dari dalam negeri Indonesia, perjanjian tersebut banyak dikecam karena lebih menguntungkan Australia serta keterlibatan keluarga Cendana, yang dianggap sebagai imbalan atas perjanjian tersebut.

Aussie tampak low-profile dalam masalah Celah Timor dan membiarkan Indonesia ‘berdarah-darah’ di dunia internasional. Bahkan secara terbuka Aussie ‘menyerang’ Indonesia atas berbagai pelanggaran HAM, terutama pada peristiwa Dili tanggal 12 November 1991. Australia dengan sengaja melindungi warga Tim-Tim yang mengungsi. Selain itu, secara aktif mendorong aksi-aksi penuntutan kemerdekaan bagi warga Tim-Tim. Perjanjian Celah Timor antara Indonesia dan Australia praktis tidak berlaku semenjak Tim-Tim memisahkan diri dari Indonesia. Seharusnya dengan tidak berlakunya perjanjian tersebut, pihak Australia harus menghentikan produksinya, akan tetapi Aussie tetap produksi.

Ambisi Aussie untuk menguasai Celah Timor sangat terlihat dengan melakukan pendekatan yang sangat intensif dengan berbagai pemimpin Timor Leste. Belang Australia, yang selama ini terlihat ‘membela’ rakyat Timor Leste, terbuka ketika pada hari kemerdekaan Timor Leste tanggal 20 Mei 2002, Australia dan Timor Leste segera menanda tangani penanganan Celah Timor. Perjanjian tersebut menyebutkan bahwa 90 persen bagian dari total hasil penguasaan tambang di kawasan operasi bersama di ladang Bayu-Undan untuk Timor Leste, sedangkan 10 persen lagi untuk Australia. Memang perjanjian tersebut terlihat ‘menguntungkan’ Timor Leste, namun Aussie secara licik tidak memasukkan ladang Greater Sunrise dan Laminaria-Corallina, yang hasil tambangnya jauh lebih banyak (diperkirakan 3 sampai 7 kali lipat) dari ladang Bayu-Undan. Ladang Greater Sunrise dan Laminaria-Corallina berada di wilayah, yang seharusnya Timor Leste juga mendapatkan bagian. Diperkirakan Aussie sudah menangguk untung sebesar satu miliar dollar Australia dari kedua ladang itu.

Merasa ada ketimpangan yang menyolok dari perjanjian tersebut, PM Timor Leste pada waktu itu, Mari Alkatiri bersuara keras dan mendesak untuk merevisi perjanjian Celah Timor. Dan untuk mendukung revisi perjanjian tersebut, Presiden Xanana Gusmao mengajukan batas landas kontinen ke arbitrase internasional. Dengan pengajuan ini, diharapkan Timor Leste dapat memperoleh keuntungan yang selama ini dinikmati oleh Australia.

Tapi upaya pengajuan batas landas kontinen yang diajukan pada tahun 2006 dianggap terlambat. Aussie sudah mengantisipasi masalah tersebut, dimana pada saat penanda tanganan perjanjian Celah Timor, opsi penyelesaian sengketa perbatasan melalui arbitrase internasional telah dihapus dan pihak Timor Leste tidak menyadari hal tersebut.

Pada April 2004, Presiden Xanana Gusmao di depan peserta konferensi negara-negara donor untuk Timor Leste, mengeluhkan Aussie yang dianggap ‘mencuri’ uang rakyat Timor Leste. Australia langsung meradang mendengar tuduhan ini. Menlu Alexander Downer menyebut Xanana ‘tidak tahu diuntung’ dan menyebutkan ‘jasa’ Australia yang telah memberikan porsi besar atas lading Banyu-Undan serta bantuan senilai 170 juta dolar Australia kepada Timor Leste.

Dengan tindakan seperti itu, Aussie rasanya pantas dijuluki ‘srigala berbulu domba’..

Salam…