Rabu, Desember 31, 2008

DONG MU

Judul : Dong Mu

Pengarang : Jamal

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun penerbitan : 2007

Di tengah maraknya novel-novel pop dengan “taste” teenlit dan chicklit, penulis menemukan novel yang agak serius seperti novel ini. Novel ini juga memberi warna baru, karena latar belakang cerita tentang militer dan lintas negara. Pengarang yang kesehariannya adalah dosen, cukup memberi warna tersendiri untuk nuansa “militer”, meskipun tidak terlalu kuat. Paling tidak, Mang Jamal, begitu beliau dipanggil, berani membuat novel dengan “taste” militer apalagi dibumbui dengan isu nuklir.

Novel ini menceritakan tentang Herman, orang Indonesia yang bekerja pada International Atomic Energy Agency (IAEA) dalam usahanya menyelidiki keberadaan hulu ledak nuklir milik Korea Utara. Sebelumnya, Korea Utara telah meluncurkan tujuh buah rudal percobaan dan jatuh di perairan antara semenanjung Jepang dan semenanjung Korea. Yang dicemaskan adalah adanya kemungkinan rudal-rudal tersebut dipasang hulu ledak nuklir. Kekhawatiran ini muncul karena selama ini Korea Utara sangat tertutup untuk urusan nuklir.

Master lulusan departemen kuantum dan sains, Universitas Tokyo ini ditugaskan untuk menyelidiki masalah ini bekerja sama dengan counterpart dari IAEA Jepang dan Korea Selatan. Karena Korea Utara mem-black list semua personel IAEA, maka diputuskan untuk mengajukan izin untuk masuk ke Korea Utara melalui Korea Selatan.

Di Seoul, Herman bergabung dengan Kang Jin Sob, partner-nya di Korea Atomic Research. Ia juga bertemu dengan Prof Rukayadi, sahabatnya yang ahli mikrobiologi di Universitas Sinchon. Belum lagi Herman dan Kang Jin Sob melakukan tugas resminya, mereka mendapat kabar bahwa seorang agen CIA, Robert Campbell, diculik oleh sekelompok agen intelijen Korea Utara yang dipimpin oleh Kim Song Gi. Robert Campbell adalah agen CIA yang menyamar sebagai staf pada Badan Tenaga Nuklir Amerika Serikat. Herman mengenalnya pada sebuah pelatihan di Universitas Syracuse, New York, kemudian bertemu kembali pada beberapa pelatihan terkait dengan masalah energi. Kim Song Gi, agen intel Korea Utara ini menyamar sebagai pengusaha ekspor-impor di Seoul. Ia pernah menawari Herman berbisnis uranium secara gelap, namun ditolak oleh Herman.

Kim Song Gi dan kelompoknya meminta tebusan Uranium sebagai pengganti kebebasan Robert Campbell. Ia juga meminta Herman sebagai perantara untuk proses pertukaran ini. Pihak Amerika Serikat tidak tinggal diam. Mereka membentuk task force untuk membebaskan agen CIA ini. Untuk itu, mereka melibatkan Herman dalam task force ini. Herman mengajak sahabatnya Prof Rukayadi untuk bergabung dalam task force ini. Bisakah mereka membebaskan Robert Campbell? Ada apa sebenarnya penculikan ini? Silahkan baca novelnya hehehe…

Dong Mu adalah kata dalam bahasa Korea yang berarti teman. Mungkin sepadan dengan “kamerad” dalam bahasa Rusia. Penulis melihat beberapa hal positif yang dibawa oleh novel ini:

Isu nuklir, dimana pengarang berani mengambil isu ini. Isu nuklir masih sangat awam bagi bangsa Indonesia. Mang Jamal mendapatkan dukungan data yang handal dari beberapa sahabatnya terutama dari Suhermanto Duliman, yang sehari-hari berprofesi sebagai Nuclear Safeguard Inspector di IAEA-Tokyo. Profil Suhermanto ini juga “dipinjam” oleh Mang Jamal untuk tokoh Herman. Selain itu, Mang Jamal juga “meminjam” profil Yaya Rukayadi untuk profil Prof Rukayadi. Isu nuklir ini cukup aktual bagi Indonesia yang sedang kelimpungan untuk mengatasi masalah energi, terutama masalah kelistrikan.

Keterlibatan Miiliter dan Intelijen, baik dari Amerika Serikat, Korea Selatan, Korea Utara dan juga Indonesia. Selain itu juga keterlibatan IAEA, yang ditengarai sebagai kedok bagi negara-negara besar.

Penggunaan mikrobiologi sebagai alternatif senjata melawan musuh. Kita masih ingat bagaimana KBRI Australia kewalahan diserang oleh sekelompok orang dengan menggunakan senjata mikrobiologi beberapa tahun yang lalu.

Di samping beberapa hal positif, penulis melihat beberapa hal yang masih kurang dalam novel ini:

Masih kurangnya eksploitasi tentang konflik antar negara, sehingga kesannya terlalu datar dan mudah ditebak jalan cerita selanjutnya.

Kurangnya eksplorasi karakter pada novel ini. Herman yang digambarkan pemarah dalam suatu dialog, ternyata tidak tampak pada novel ini. Profil Rukayadi juga seperti dipaksakan dan lebih banyak sebagai tempelan saja.

Jalan ceritanya terlalu lurus, sehingga gampang ditebak. Pengarang terlalu sibuk menyampaikan informasi tentang nuklir dan lupa untuk membenahi jalan ceritanya.

Dan juga beberapa kejanggalan seperti: Kang Jin Sob terlalu mudah memberikan informasi yang sangat rahasia kepada Herman; Herman dengan gampang dapat mengikuti pelatihan militer di Batujajar tanpa ada screening terlebih dahulu; Pasukan AD Amerika terlalu gampang mengijinkan Prof Rukayadi untuk ikut dalam task force tanpa melalui screening; TKI yang menjadi pasukan bantuan pembebasan.

Terlepas dari beberapa kekurangan ini, penulis mengacung jempol pada Mang Jamal yang telah mengangkat isu nuklir, intelijen, dan militer pada novelnya kali ini.


Salam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar