Kamis, Januari 15, 2009

HAMAS, GAZA DAN ISRAEL

Penyerangan Israel ke jalur Gaza pada tanggal 27 Desember 2008, mencuatkan kembali nama Hamas. Hamas-lah yang menjadi alasan penyerangan Israel ke jalur Gaza dari udara, darat dan laut. Mengapa Hamas dan wilayah Gaza yang menjadi sasaran penyerangan Israel?

Hamas dibentuk tahun 1987 oleh Sheikh Ahmed Yassin, Abdel Aziz al-Rantissi dan Mohammad Taha, yang merupakan bagian Ikhwanul Muslimin wing Palestina. Hamas merupakan singkatan dari Harakat al-Muqawamat al-Islamiyyah, yang berarti Gerakan Perlawanan Islam. Dalam bahasa Arab, Hamas berarti antusias, semangat berperang. Organisasi ini merupakan sebuah kelompok beraliran Sunni, yang berfungsi sebagai organisasi paramiliter dan juga sebuah organisasi sosial – politik. Dalam manifestonya dinyatakan bahwa Hamas adalah gerakan humanis yang berusaha untuk menegakkan syariat Islam di seluruh tanah Palestina dan menjaga hak asasi penganut agama lainnya, sehingga dapat hidup damai dan saling menghormati satu sama lain.

Sebagai organisasi paramiliter, Hamas mendalangi serangkaian serangan bunuh diri serta berbagai serangan lain pada masyarakat dan pihak keamanan Israel. Di samping melakukan aksi militernya, Hamas juga melakukan kegiatan-kegiatan sosial secara ekstensif, dengan mendirikan banyak rumah sakit, sekolah-sekolah, perpustakaan-perpustakaan, pengadaan bea siswa, mendirikan panti asuhan, mendirikan masjid dan berbagai kegiatan sosial lainya di jalur Gaza dan Tepi Barat. Menurut sebuah sumber yang dikutip oleh Wikipedia, Hamas menganggarkan USD 70 Juta atau sekitar 90% dana organisasi disalurkan untuk kegiatan sosial. Hal inilah yang membuat Hamas sangat populer di seluruh Palestina. Yang menarik adalah Hamas dikenal sebagai organisasi yang bersih dari korupsi serta sangat efisien, jika dibandingkan dengan Fatah.

Aktivitas paramiliter Hamas ditujukan tidak saja ditujukan pada militer dan masyarakat Israel, akan tetapi juga kepada orang-orang yang dicurigai berkolaborasi dengan Israel, serta organisasi Fatah yang menjadi saingannya secara sosial – politik. Aktivitas inilah yang membuat Hamas terdaftar sebagai organisasi teroris di Kanada, Uni Eropa, Israel, Jepang, Amerika Serikat, Yordania dan Australia. Sementara di Inggris, Brigade Izz ad-Din al-Qassam, yang merupakan organisasi militer “resmi” Hamas, yang terdaftar sebagai organisasi teroris. Sikap keras kepada Israel, dikarenakan Israel telah menganeksasi wilayah milik rakyat Palestina.

Jalan kekerasan melalui berbagai aksi-aksi militer yang ditempuh oleh Hamas mulai melunak dan mulai menempuh jalur politik di sekitar tahun 2004. Sheikh Ahmed Yassin dan Abdel Aziz al-Rantissi melontarkan usulan untuk melakukan “hudna” atau gencatan senjata dengan Israel, pengakuan kedaulatan Palestina serta penarikan pasukan Israel dari daerah Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem Timur sesuai dengan Arab Peace Initiative 2002. Selain itu juga, Hamas juga mulai memperkuat kekuatan politik di dalam negeri. Meskipun memboikot pemilihan presiden tahun 2005, Hamas mengikuti pemilihan dewan kota dan berhasil memegang kekuasaan di daerah Beit Lahia dan Rafah di Jalur Gaza serta Qalqilyah di daerah Tepi Barat. Puncaknya adalah Hamas berhasil meraih 42,9% suara dalam pemilu Januari 2006. Keberhasilan ini dikarenakan Hamas berhasil menampilkan citra bersih di masyarakat. Selain itu, masyarakat Palestina merasa tidak puas dengan partai Fatah yang diduga korup serta adanya perpecahan di internal partai Fatah, dengan terbentuknya partai baru al-Mustaqbal (The Future). Kemenangan ini membuat Palestina terkena embargo internasional yang dimotori oleh Amerika Serikat.

Tekanan internasional ini membuat para pendukung Hamas mencetuskan kembali gerakan intifada demi membela pemerintahan yang sah. Di samping itu, Hamas mempertegas sikap untuk penerapan hasil Arab Peace Initiative 2002. Di sisi lain, Amerika Serikat, Israel dan Mesir, yang tidak mengakui Otoritas Palestina (Palestinian Authority) dibawah kendali Hamas, diam-diam memberi bantuan pada Fatah. Bantuan ini diberikan agar Fatah mempunyai kekuatan dalam menghadapi adanya kemungkinan perang sipil dengan Hamas. Pemberian bantuan “gelap” ini semakin memanaskan situasi politik Palestina dan akhirnya pecah menjadi perang sipil pada bulan Juni 2007. Perang selama delapan hari ini akhirnya dimenangkan oleh Hamas dan semenjak itulah Hamas mengontrol wilayah Gaza.

Kemenangan Hamas ini membuat cemas Israel. Seperti yang dikutip oleh Wikipedia, Israel sudah membuat rencana penyerangan pasca keberhasilan Hamas merebut kontrol kekuasaan Jalur Gaza dan akhirnya diwujudkan dengan penyerangan pada tanggal 27 Desember 2008.

Salam...

2 komentar:

  1. salam kenal

    yg ditakuti oleh isreal terhdp rakyat paletina tdk hanya krn kekuatan politik sj tapi lbh pada kekuatan ruhyi para pejuang palestina dan hamas...

    BalasHapus
  2. Salam kenal kembali...

    Terima kasih atas komentarnya...

    Melihat palestina, alangkah baiknya kita melihat dari berbagai sisi. Dari perkembangan terakhir, justru Hamas malah mengakui Israel secara de facto, yang jika dilihat secara historis, justru pengakuan ini merupakan penyimpangan...
    Ibarat benang kusut, kita agak susah untuk menguraikannya serta dari mana mulai diuraikannya...

    Salam...

    BalasHapus