Kamis, Januari 15, 2009

MENAMPILKAN YAHUDI SECARA “MANIS”

Melihat penyerangan wilayah Gaza oleh Israel dengan alasan untuk menghancurkan Hamas, sangat memilukan. Israeli Defense Force (IDF) menyerang Gaza dari Udara, darat dan laut. Penyerangan ini dengan dalih untuk menghancurkan Hamas, telah direncanakan jauh-jauh hari oleh Israel, dimana rencana tersebut disusun sejak pertengahan tahun 2007. Rencana untuk memerangi Hamas disusun karena Israel khawatir dengan kekuatan Hamas, dimana secara politik berhasil menguasai parlemen pada pemilu Januari 2006. Apalagi ditambah dengan diraihnya kemenangan pertempuran atas Fatah, rival politiknya pada pemilu Januari 2006, pada “Battle of Gaza” yang terjadi pada bulan Juni 2007. Perang saudara ini mengakibatkan kontrol pemerintahan wilayah Gaza dikuasai oleh Hamas. Akibatnya, pada tanggal 27 Desember 2008, Israel menyerang habis-habisan daerah Gaza dari Udara, dara dan laut.

Untuk mendukung peperangan secara fisik, perlu pula didukung dengan peperangan informasi, sehingga diharapkan seluruh dunia akan merestui penyerangan Israel ke wilayah Gaza ini. Sebagaimana dilaporkan oleh Haaretz, surat kabar harian tertua di Israel, Menlu Israel, Tzipi Livni, memerintahkan seluruh jajarannya serta kedutaan besar Israel di seluruh dunia untuk melakukan kampanye serta usaha diplomasi secara agresif. Jika diperlukan, dapat merekrut orang/media lokal yang dapat memberikan informasi (sudah tentu dari sisi Israel) pada masyarakat setempat. Usaha lain yang dilakukan adalah membuka International Media Center, membuka blog di Twitter.com, serta YouTube.

Membicarakan masalah propaganda, Pemerintah Israel maupun orang-orang Yahudi serta simpatisannya telah berupaya keras untuk menampilkan Israel ataupun Yahudi secara “manis”. Berbagai cara telah dilakukan serta menggunakan berbagai macam media telah digunakan. Salah satu media yang cukup sering digunakan adalah media televisi dan film. Mengapa media ini yang digunakan? Karena kebanyakan orang malas untuk berpikir dan membaca. Jika menggunakan medium audio atau bacaan, orang masih harus dipaksa untuk berpikir membayangkan apa yang didengarnya melalui audio atau bacaannya. Jika menggunakan media televisi dan film, tidak perlu repot-repot lagi membayangkan karena sudah digambarkan secara lengkap. Keunggulan lain dari media televisi dan film adalah kita dapat melihat gerakan non-verbal, yang tidak bisa digambarkan secara detail melalui medium audio atau literasi.

Sadar dengan kekuatan ini, beberapa produser Hollywood yang memiliki latar belakang Yahudi mendirikan Jewish Impact Films Fellowship (JIFF), yang tujuannya adalah memberdayakan generasi muda Yahudi agar lebih kreatif melalui film serta meningkatkan citra Yahudi dan Israel secara efektif.

Sadar atau tidak, beberapa film atau serial televisi pernah mampir di tv atau bioskop di Indonesia. Saya tidak tahu apakah pemerintah (dalam hal ini Badan Sensor Film (BSF)) tahu atau mengerti akan hal ini. Selain itu juga, tidak ada respon dari masyarakat yang berlebihan mengenai film atau serial televisi yang menampilkan Yahudi secara “manis”. Apakah tidak ada respon ini menandakan apatis atau ketidak tahuan? I really don’t understand L.. maybe somebody could do research about it…

Seingat penulis, beberapa film serta serial TV yang menampilkan Yahudi secara “manis” yang pernah mampir ke Indonesia: Schindler's List (1993; Sutradara: Steven Spielberg), You Don't Mess with the Zohan (2008; Sutradara: Dennis Dugan); Driving Miss Daisy (1989; Sutradara Bruce Beresford), Marathon Man (1976; sutradara John Schlesinger), America Pie (1999; sutradara Paul Weitz) serta sekuelnya, Munich (2005; Sutradara: Steven Spielberg), Along Came Polly (2004; sutradara: John Hamburg), The Nanny dan The Cosby Show, keduanya serial yang ditayangkan oleh TVRI pada akhir tahun 80-an.

Selain itu, beberapa film dan serial TV yang terkenal, namun penulis tidak memiliki catatan apakah sempat mampir ke Indonesia atau tidak: Annie Hall (1977; Sutradara: Woody Allen), Ben-Hur (1960; Sutradara: William Wyler), The Unit (serial TV).

Film terbaru yang menampilkan kehidupan Yahudi adalah Waltz With Bashir, yang baru di-release dua hari sebelum penyerangan Israel ke Gaza. Film ini mendapat respons positif serta mendapatkan penghargaan di Golden Globe dan BIFA.


Salam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar