Sabtu, Februari 28, 2009

MARINES CORPS: IDMC ‘ELITE’ TROOP - 2



Batalyon Intai Amfibi atau dikenal dengan nama Yon Taifib berdiri pada tanggal 13 Maret 1961 dengan nama KIPAM (Kesatuan Intai Para Amfibi). Pendirian ini berdasarkan Skep Komandan KKO no 47/KP/KKO/1961. Pendirian KIPAM diperlukan karena KKO (nama Kormar pada waktu itu), merasa perlu sebuah pasukan khusus yang dapat melakukan pengumpulan data intel serta tugas ‘khusus’ yang tidak dapat dilakukan oleh satuan biasa. KIPAM berada di bawah pembinaan Yon Markas Posko Armatim-1.

Pada tanggal 25 Juli 1970, KIPAM berubah menjadi Yon Intai Para Amfibi. Setahun kemudian, 17 November 1971, Yon Intai Para Amfibi berubah menjadi Kesatuan Intai Amfibi. Kemudian terjadi perubahan menjadi Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib) dan di bawah koordinasi Resimen Bantuan Tempur Kormar. Seiring dengan perkembangan Kormar, per 12 Maret 2001, Yon Taifib berdiri sendiri dan langsung dibawah kendali Pasukan Marinir. Status pasukan khusus TNI AL diberikan melalui Skep KSAL no Skep/1857/XI/2003 per tanggal 18 November 2003.

Sejarah

Pada akhir tahun 50-an, para petinggi KKO melontarkan ide perlu adanya satuan khusus yang dapat dikirim ke wilayah musuh untuk mengumpulkan data intel seputar situasi dan kondisi terkini pantai yang bakal dijadikan sasaran pendaratan. Berkaca pada operasi amfibi yang dilakukan pada Perang Dunia II, Perang Korea, Operasi Indra (tahun 1953) dan Operasi militer menumpas PRRI, kedua operasi tersebut melibatkan KKO, maka kebutuhan satuan berkualifikasi intai amfibi dirasa mendesak.

Karena tidak memiliki kemampuan membangun pasukan khusus, maka secara rahasia KKO mengirimkan dua personelnya untuk menimba ilmu pada Royal Marine yang bertugas di Semenanjung Malaya. Selain itu juga, KKO mengirimkan perwiranya ke Sekolah Para Komando AD di Batujajar dan Wing Para AURI di Lanud Sulaiman, Bandung. Setelah dirasa cukup personel, maka dibentuk Kesatuan Intai Para Amfibi (KIPAM) pada tanggal 13 Maret 1961. Para personel yang menimba ilmu di luar TNI AL, kemudian ditugaskan untuk membentuk Sekolah Intai Para Amfibi KKO (SIPAMKO). Alumni pertama Sipamko langsung terjun dalam operasi Jayawijaya, yang merupakan bagian dari Operasi Trikora, guna merebut Irian Barat.

Untuk mengasah kemampuan, empat personel KIPAM bersama enam personel Kopaska berlatih ilmu selam tempur pada Armada Pasifik AL Uni Sovyet di Vladivostok. Setahun kemudian, bersama dengan prajurit KKO non-Kipam berlatih ilmu yang sama di USMC Landing Force Training Unit di Coronado, AS. Dengan semakin banyaknya lulusan Sipamko, maka pimpinan KKO mengubah kepanjangan Kipam menjadi Kompi Intai Para Amfibi.

Ketika Resimen chusus Tjakrabirawa dimekarkan, KKO kebagian jatah untuk mengirimkan satu Batalyon. Batalyon KKO ini dinamai Bataljon Kawal Kehormatan-2. Agar disegani, pimpinan KKO ‘menyelipkan’ satu peleton KIPAM di dalamnya.

KIPAM juga berkiprah dalam Operasi Dwikora dalam upaya menghalangi berdirinya Federasi Malaya.

Di awal orde baru, KIPAM mengalami pemekaran menjadi Bataljon Intai Para Amfibi pada 25 Juli 1970. Penggunaan nama ini tidak bertahan lama. Enam belas bulan kemudian berubah menjadi Kesatuan Intai Amfibi. Beberapa saat sebelum ABRI menggelar Operasi Seroja, nama Kesatuan Intai Amfibi diubah lagi menjadi Batalyon Intai Amfibi dengan home base di Surabaya.

Yon taifib yang semula berada di bawah komando Men Banpur 1 Marinir, kemudian dialihkan menjadi di bawah komando Pasukan Marinir-1, seiring dengan pemekaran Korps Marinir. Pembentukan Pasukan Marinir-2, juga diiringi dengan pembentukan Yon Taifib-2.

Tugas Pokok

Yon Taifib memiliki tugas pokok yaitu mengumpulkan info intel seputar kawasan pantai yang bakal didarai oleh pasukan induk. Kegiatan ini dilakukan sebelum, selama pendaratan dan sesudah pendaratan. Dengan tugas ini, maka setiap personel Yon Taifib mampu merencanakan dan melaksanakan misi pengintaian pada setiap operasi amfibi. Cakupan wilayah pengintaian meliputi 12 km dari garis pantai di saat air laut surut.

Yon Taifib mempunyai tugas pokok membina dan menyediakan kekuatan serta membina kemampuan unsur-unsur amfibi maupun pendaratan darat. Selain itu, melaksanakan tugas-tugas operasi khusus dalam rangka pelaksanaan operasi pendaratan amfibi, operasi oleh satuan TNI AL atau tugas-tugas lainnya dengan perintah Panglima TNI.

Organisasi

Ada 2 Yon Taifib masing-masing di bawah Pasmar I dan II. Batalyon ini dipimpin seorang mayor senior atau letkol dan memiliki kualifikasi Taifib.para Dan Yon ini bertanggung jawab langsung ke Dan Pasmar. Diperkirakan saat ini jumlah total prajurit Taifib adalah 1400 marinir dengan 85% adalah kombatan.

Dalam penugasannya, personel Taifib dibagi dalam 1 regu yang komposisinya berbeda dengan 1 regu marinir biasa. Dalam regur Taifib, terdiri dari 7 orang yang memiliki kemampuan ‘komando’.

Seleksi, Rekrutmen dan Pelatihan

Seleksi untuk menjadi anggota Yon Taifib berlangsung sangat ketat dan keras. Sebab mereka memiliki kontribusi besar dalam kesuksesan sebuah operasi amfibi. Prajurit yang dapat mengikuti seleksi adalah prajurit yang telah mengikuti pendidikan dasar tempur khas marinir. Prajurit yang mengikuti seleksi, berasal dari seluruh satuan marinir. Mereka harus lulus tes kesehatan, kesamaptaan dan psikologi. Maksimal umur untuk dapat ikut seleksi ini adalah 26 tahun.

Pelatihan calon prajurit Taifib dibagi dalam beberapa tahapan, yang mencakup medan darat, laut, udara dan bawah air. Setiap pelatihan dikenakan sistem gugur, sehingga prajurit yang berhasil lolos dari semua tahapan adalah prajurit unggulan. Pendidikan Taifib dilaksanakan selama hampir 9 bulan di Pusdik Marinir dan selanjutnya di Puslatpur Marinir, Karang Tekok-Situbondo.

Pada tahap pertama, diajarkan materi indoktrinasi dan orientasi dasar intel Amfibi selama 1,5 bulan. Pada tahap ini, para siswa menerima kembali perpeloncoan khas marinir dalam bentuk lebih keras. Lebih keras dari prajurit biasa karena mereka adalah calon anggota pasukan khusus.

Pada tahap kedua, para siswa menerima materi pertempuran darat: gerilya, anti-gerilya, patrol jarak jauh, pengintaian, sabotase, raid darat, pengamanan VVIP, penanggulangan terror, navigasi darat, lintas medan, combat SAR dan Rappelling.

Tahap ketiga, diberikan materi kelautan dan dilakukan praktek lapangan di daerah pantai. Materi lain yang diberikan adalah selam kedalaman, selam tempur, infiltrasi bawah air, demolisi bawah air, sabotase bawah air, selam SAR, renang jarak sedang dan jauh, serta pengintaian Hidrografi.

Pada tahap keempat, diberikan materi udara seperti: Rappelling, Mobud, Stabo/SPIE, helly water jump, pandu para, Air Supply, Free Fall, Terjun statik, free fall laut, dan lain-lain.

Pada tahap kelima, adalah materi kasus, dimana materi yang telah diajarkan dijadikan satu. Apabila lolos dari tahapan ini, maka siswa dinyatakan lulus.

Pasca kelulusan, para personel Yon Taifib dapat melanjutkan pendidikan spesialisasi ke tingkat madya dengan mengikuti berbagai kursus yang diselenggarakan di lingkungan Korps Marinir, TNI AL dan kesatuan TNI lainnya. Jenis kursus tingkat lanjut yang banyak dipilih adalah kursus medis, terjun payun, tembak runduk, lawan terror, teknik pertempuran bawah air, pandu tempur (pathfinder) dan pertahanan pangkalan.

Ciri khas Taifib

Selain brevet tri media yang digunakan oleh setiap prajurit Taifib, ciri khas lain adalah tali kur, topi kain berwarna krem cerah berlogo brevet tri media dan tulisan IPAM, dan pada pisau komando, di ujung pangkal sarung pisau, terdapat brevet tri media dikitari lingkaran putih bertuliskan Intai Amfibi Marinir. Tradisi tali kur dimulai sejak tahun 1961 dan digunakan oleh setiap prajurit. Tali kur harus ditanggalkan apabila tidak bertugas di Yon Taifib.

Oorah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar