Jumat, Februari 27, 2009

MARINES CORPS: SEMPER FI


United States Marine Corps atau yang lebih dikenal sebagai USMC didirikan pada tahun 1775 merupakan pasukan andalan AS. USMC selalu ikut serta dalam semua peperangan yang melibatkan AS. Karena banyak terlibat dalam berbagai peperangan, USMC banyak melahirkan ahli peperangan ampibi, baik teori maupun praktek.

Per 31 Desember 2008, total anggota USMC aktif adalah 180.000 tentara serta 40.000 tentara cadangan. Meskipun menjadi ‘ujung tombak’, nyatanya jumlah anggota USMC adalah jumlah terkecil jika dibandingkan dengan saudara-saudaranya di AB AS.

Misi

USMC bertugas sebagai kekuatan militer ampibi yang siap setiap saat, mempunyai 3 tugas utama:

Mempertahankan pangkalan AL dan pertahanan pesisir lain guna mendukung operasi laut secara keseluruhan.

Pengembangan taktik, teknik dan persenjataan yang digunakan untuk pendaratan ampibi.

Berbagai tugas yang diperintahkan oleh Presiden AS.

Penugasan USMC, di samping penugasan utamanya, juga bertugas untuk protokoler negara. Beberapa unit USMC didedikasikan untuk keperluan tersebut. Marine Band berfungsi untuk pelengkap acara-acara kenegaraan di Gedung Putih. Marine Guard Presidential menjadi penjaga utama kediaman Presiden. USMC juga menyediakan satu detasemen helicopter untuk transportasi Presiden dan Wapres, dengan kode ‘Marine One’ dan ‘Marine Two’. Penjagaan untuk perwakilan AS di luar negeri diserahkan pada USMC, dimana mengerahkan unit ‘Marine Security Guards’.

Sejarah

Pembentukan Continental Marines untuk menghadapi perang revolusi Amerika pada tanggal 10 November 1775, dianggap sebagai tonggak awal USMC. Pada awalnya didirikan 2 batalion marinir, yang merupakan hasil keputusan dari kongres continental. Setelah perang revolusi berakhir, pasukan Continental Navy dan Continental Marines dilikuidasi pada tahun 1783. Meskipun telah dilikuidasi, beberapa tentara marinir secara individu ikut dalam kapal perang AL AS. Pada tahun 1798, untuk mengantisipasi perang laut dengan Perancis, kongres memutuskan untuk membentuk kembali AL dan Korps Marinir.

Pada perang Barbary pertama terjadi aksi marinir yang sangat terkenal, dimana William Eaton dan First Lieutenant Presley O’Bannon memimpin 7 marinir dan 300 tentara bayaran untuk merebut Tripoli. Meskipun akhirnya mereka hanya mampu mencapai kota Derna, aksi perebutan ini kemudian diabadikan dalam himne marinir serta tradisi pedang Mameluke yang dibawa oleh para perwira marinir.

Selama perang tahun 1812, detasemen marinir mengambil bagian dalam pertempuran laut. Kontribusi terbesar dalam pertempuran adalah upaya untuk menghambat tentara Inggris dalam merebut Washington DC pada perang Bladensburg. Dengan reputasinya selama perang ini, USMC kemudian banyak memiliki penembak jitu, terutama dalam peperangan antar kapal.

Setelah perang berakhir, USMC dipimpin oleh Kolonel Archibald Henderson. Archibald Henderson merupakan komandan USMC terlama (38 tahun) pada posisi tersebut. Selama kepemimpinannya, USMC melakukan berbagai tugas ekspedisi ke kawasan Karibia, Teluk Mexico, Key West, Afrika Barat, Kepulauan Falkland dan Pulau Sumatra. Ekspedisi dilakukan dalam kapasitas mengawal East India Squadron. Pada masa kepemimpinannya, ia berhasil menegaskan ‘posisi’ USMC sebagai ‘sister service’ pada US Navy. Upaya ini dilakukan, karena ada usulan dari Presiden Jackson, untuk menggabungkan USMC dengan US Army.

Kolonel Henderson juga terkadang memimpin langsung pasukan marinir pada peperangan yang melibatkan AS. Ia memimpin 2 batalion, yang merupakan setengah dari kekuatan USMC, pada perang Seminole tahun 1835. Ia mengirimkan pasukan marinir dalam perang Mexico-Amerika pada tahun 1846-1848. Pada perang tersebut, pasukan marinir merebut Chapultepec Palace di Mexico City. Peristiwa ini diabadikan pada himne USMC pada frase: From The Halls of Montezuma. Selama perang sipil tahun 1861-1865, marinir AS lebih banyak bertugas melakukan tugas blokade.

Berkaca pada perang serta keterlibatan dalam berbagai pertempuran, ‘peran’ marinir mulai dipertanyakan. Perubahan model kapal perang yang digunakan oleh AL dari tipe ‘sail’ ke tipe ‘steam’, menimbulkan pertanyaan atas peran marinir di kapal perang. Sementara itu, marinir mulai ‘nyaman’ dengan peran sebagai pasukan pendaratan pantai serta penugasan-penugasan ke luar negeri. Pada masa ‘perenungan’ ini, marinir mengukuhkan emblem, himne korp serta motonya: Semper Fidelis atau Semper Fi, yang berarti Always Faithful.

Selama perang Spanyol-Amerika tahun 1898, marinir memimpin kekuatan militer AS di Philipina, Kuba, dan Puerto Rico. Di Teluk Guantanamo, Kuba, marinir membangun lanal yang sampai saat ini masih digunakan. Antara tahun 1899 sampai dengan 1916, marinir AS secara berkesinambungan ikut serta dalam penugasan ke luar negeri, termasuk pada perang Philipina-Amerika, Boxer Rebellion di Cina (1899-1901), Panama, Cuban Pacification, peristiwa Perdicaris di Maroko, Veracruz (Mexico), Santo Domingo (Dominika), Nicaragua, dan perang pisang di Haiti.

Selama Perang Dunia pertama, para veteran marinir memainkan perang penting dalam kekuatan perang AS. Marinir AS mempunyai perwira dan bintara yang memiliki pengalaman perang yang lebih banyak dari AD AS. Pada perang tersebut, marinir AS mengerahkan 2400 perwira dan 70000 bintara dan tamtama. Pengalaman pertempuran di Perang Dunia pertama, dijadikan pelajaran untuk pengembangan teknik pertempuran dan pendaratan ampibi.

Pada Perang Dunia kedua, marinir AS mengikuti beberapa pertempuran seperti pertempuran Guadalcanal, Tarawa, Cape Gloucester, Peleliu, Iwo Jima dan Okinawa. Pada pertempuran Iwo Jima, seorang fotographer AS bernama Joe Rosenthal, mengabadikan pengibaran bendera AS di Bukit Suribachi, Iwo Jiwa oleh 5 marinir dan satu Corpsman. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Raising the Flag on Iwo Jima. Berbagai kontroversi seputar peristiwa tersebut dapat dilihat pada film Flags of Our Fathers. Pada Perang Dunia kedua ini tercatat 87000 tentara marinir terluka, 20000 tentara gugur dan 82 tentara marinir menerima penghargaan tertinggi: Medal of Honor.

Setelah Perang Dunia kedua berakhir, Marinir AS mengembangkan organisasi dari 2 brigade menjadi 6 divisi, 5 wing penerbangan dan pasukan pendukung, dengan total anggota berjumlah 485000. Selain itu, dibentuk 20 batalion pertahanan pangkalan dan satu battalion linud.

Pada Perang Korea (1950-1953) peran marinir sangat besar dalam peperangan tersebut. Pada perang tersebut, marinir AS dapat memukul mundur pasukan Korea Utara sampai Sungai Yalu, sebelum Cina ikut membantu tentara Korea Utara.

Marinir AS memainkan peranan penting pada Perang Vietnam, dengan mengambil bagian dalam pertempuran di Da Nang, Kota Hue dan Khe Sanh. Beberapa anggota marinir menjadi anggota klandestin dan membantu tentara Vietnam Selatan melawan tentara Vietnam Utara. Perang Vietnam menjadi perang terlama yang pernah diikuti oleh USMC, dengan 13091 gugur, 51392 terluka dan 57 marinir mendapatkan Medal of Honor. Pasca perang tersebut, USMC mulai memfokuskan pengembangan kelompok bintara, karena kelompok ini merupakan bagian penting dari kekuatan USMC secara keseluruhan.

Setelah perang Vietnam, marinir AS mengembangkan peran sebagai ‘expeditionary’, dengan ikut serta dalam pembebasan sandera di kedubes AS di Iran tahun 1980 yang gagal total, invasi AS ke Grenada dan Invasi AS ke Panama. Peristiwa penting pasca Perang Vietnam yang perlu dicata adalah dibomnya markas marinir AS di Beirut, Lebanon, pada 23 Oktober 1983. Peristiwa ini menimbulkan luka mendalam bagi USMC. Pada tahun 1990, marinir AS ikut dalam Satgas Gabungan berkode Sharp Edge, guna menyelamatkan warga Inggris, Perancis dan Amerika dari Liberia, akibat perang sipil di negara tersebut. Pada Perang Teluk Persia (1990-1991), satgas marinir AS merupakan satuan militer AS paling awal yang ditugaskan. USMC juga ditugaskan di Somalia selama tahun 1992 – 1995.

Pasca serangan 9/11, marinir AS ikut berpartisipasi dalam menumpaskan kekuatan Al-Qaeda dan kelompok teroris lainnya di Afghanistan, semenjak Oktober 2001. Tahun 2002, terlibat pada satgas gabungan bersandi ‘Horn of Africa.

USMC merupakan tim awal yang ditugaskan dalam invasi AS ke Irak di tahun 2003. Sempat meninggalkan Irak pertengahan 2003, namun kembali lagi pada kuartal pertama 2004. Marinir AS mendapatkan tanggung jawab atas Provinsi Anbar di Irak, yang merupakan wilayah gurun pasir terbesar di wilayah barat kota Bagdad. Terlibat dalam pertempuran Fallujah (April dan November 2004). Sampai saat ini (2009), marinir AS masih bertugas di wilayah tersebut.

Kapabilitas

USMC ‘diasuh’ oleh Department of the Navy. Ia dipimpin oleh seorang Commandant of the Marine Corps, yang bertanggung jawab atas organisasi, rekrutmen, pelatihan dan kelengkapan dari marinir AS. USMC diorganisasikan dalam 4 divisi: MABES, Operating Forces, Supporting Establishment dan kekuatan cadangan.

Operating Forces dibagi dalam 3 kategori: Marine Corps Forces, yang ditugaskan pada masing masing kowilhan; Marine Corps Security Forces, yang menjadi penjaga instalasi AL; dan Marine Corps Security Guard, detasemen pengawal perwakilan AS di luar negeri.

Supporting Establishment terdiri dari Marine Corps Combat Development Command (MCCDC), Marine Corps Recruit Depot (MCRD), Komando Logistik, unit markas laut dan udara, dan Marine Band.

Ciri khas USMC adalah mampu ditugaskan secara cepat ke belahan bumi manapun, yang kemampuan ini tidak dimiliki oleh matra lain di dalam AB AS. Struktur dasarnya adalah adanya Marine Air-Ground Task Force (MAGTF), yang merupakan gabungan kekuatan tempur darat, kekuatan udara serta didukung oleh kekuatan logistik.

Hubungan dengan matra lain

Secara umum, marinir AS berbagi sumber daya dengan matra lain dalam AB AS. Meskipun demikian, USMC secara konsisten mengembangkan identitasnya sesuai dengan misi, dana dan asset. USMC hanya memiliki beberapa instalasi milik sendiri. Selebihnya banyak ‘menumpang’ pada pos AD, AL dan AU.

Marinir AS sering menggunakan menggunakan fasilitas tempur AD (termasuk dengan hasil riset AD), fasilitas latihan, dan berbagai konsep lainnya. Mayoritas dari kendaraan dan persenjataan merupakan ‘hasi’ riset AD AS. Secara budaya, Marinir dan AD memiliki kesamaan dalam penggunaan beberapa istilah militer AS. Pembedanya adalah Marinir juga menggunakan istilah-istilah yang berlaku di AL. Budaya yang tercipta di Marinir AS adalah tradisi sebagai ‘petarung’ yang tangguh, dimana setiap anggota marinir adalah seorang penembak dan berkembang melalui pelatihan multi bidang serta siap sedia dalam penugasan apapun.

Dengan AL, Marinir merupakan ‘partner service’ dan telah memiliki hubungan erat semenjak dulu. Bentuk dukungan AL pada marinir adalah sebagai penyediaan alat transportasi, logistik, tim medis dan tim bintal yang membantu Marinir dalam setiap penugasannya. Sebaliknya, Marinir memiliki tanggung jawab untuk pelaksanaan operasi pendaratan pendukung tugas AL, termasuk merebut lanal dan lanud ‘musuh’. Kerja lain yang dilakukan bersama AL adalah mencetak perwira melalui Akademi Angkatan Laut (USNA) dan program perwira wamil (ROTC). Pilot-pilot marinir dididik di Penerbal AS.

Hubungan dengan AU dilakukan dalam berbagai bidang. AU mendukung pelatihan bagi pilot-pilot Marinir serta mendukung Marinir dalam angkutan pasukan melalui udara. Marinir sendiri dalam penugasannya bekerja sama dengan Pasukan ‘darat’ USAF dalam perebutan lanud.

Rekrutmen

Sumber daya perwira diambil dari Akademi Angkatan Laut (USNA), program Wamil (ROTC) dan Program Secapa (OCS). Seluruh perwira marinir wajib mengikuti sekolah dasar marinir di Depo Marinir - Quantico, Virginia. Disekolah tersebut, mereka dilatih dasar-dasar infantry dan berbagai kesenjataan lain. Dengan konsep ‘every Marine is a rifleman’, maka setiap perwira marinir memiliki kualifikasi sebagai danton infantri.

Setiap bintara marinir wajib mengikuti sekolah dasar marinir, yang dikenal dengan ‘boot camp’. Sekolah ini diadakan Depo Marinir - San Diego dan Depo Marinir – Parris Island. Untuk wanita, pelatihan marinir hany dilakukan pada Depo Marinir – Parris Island. Setelah selesai dari boot camp, mereka kemudian mengikuti sekolah infantry di Camp Geiger atau Camp Pendleton. Setelah menyelesaikan pelatihan infantry ini, mereka baru mengikuti sekolah kecabangan sesuai dengan penugasannya.

Pop Culture

Banyak budaya yang tercipta dalam lingkungan Marinir AS. Kebudayaan ini meningkatkan rasa esprit de corps atas USMC.

Beberapa tradisi ‘resmi’ yang tercipta dari sejarah marinir AS adalah Himne Marinir, yang tercipta pada abad 19; motto Semper Fidelis atau sering disingkat Semper Fi yang berarti always faithful. Emblem Eagle, Globe and Anchor, yang sering disingkat EGA, digunakan mulai 1868. Pedang ‘Mameluke’ yang digunakan oleh para perwira marinir serta Pedang bintara marinir, dimana hanya bintara Marinir AS yang menmbawanya, sementara bintara pada matra lain tidak membawa pedang.

Beberapa tradisi ‘tak resmi’ juga tercipta dari sejarah marinir AS, seperti panggilan ‘jarhead’, ‘gyrene’, ‘leatherneck’ dan ‘devil dog’. Istilah ‘tak resmi’ lainnya adalah ‘Oorah’ dan ‘Semper Fi’ yang menjadi salam di kalangan marinir AS. Motto ‘Improvise, Adapt and Overcome’ menjadi motto umum di berbagai unit dalam lingkungan marinir AS.

Oorah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar