Kamis, Maret 05, 2009

MERCENARY: SOLDIER OF FORTUNE

Menurut definisi pada protokol tambahan Konvensi Genewa tahun 1949, yang diterbitkan terkait dengan pasal 47, Perlindungan Korban Konflik Bersenjata Internasional pada tahun 1977 disebutkan bahwa tentara bayaran itu:
> Seseorang yang direkrut secara khusus, baik warna lokal maupun asing, untuk dilibatkan dalam konflik bersenjata.
> Ambil bagian langsung dalam peperangan yang terjadi
> Termotivasi ambil bagian oleh ajakan, perjanjian khusus, atas nama partai/pihak yang terlibat konflik, dengan sistem pembayaran sebagai kompetensi atas fungsinya sebagai kombatan atau bagian khusus dari angkatan bersenjatanya.
> Namun demikian, yang bersangkutan bukanlah warga negara dari negara dari pihak yang membayarnya.
> Begitupun, ia atau mereka bukanlah anggota dari angkatan bersenjata dari pihak yang terlibat konflik
> Dan, ia juga tidak dikirim oleh negara dimana partai yang menyewanya terlibat konflik.

Regulasi ini kemudian dilengkapi dengan resolusi PBB no. 44/34 tentang Konvensi Internasional menentang rekrutmen, peggunaan, pendanaan dan pelatihan tentara bayaran. Resolusi ini dikenal sebagai UN Mercenary Convention.
Dengan pengertian ini, motivasi mercenary adalah uang. Istilah mercenary seringkali berkonotasi negatif. Terkadang juga tidak ada perbedaan antara istilah ‘mercenary’ dengan ‘foreign volunteer’, dimana motif utama menjadi prajurit pada ketentaraan asing tidak jelas. Sebagai contoh, French Foreign Legion dan Gurkha tidak dapat digolongkan sebagai pasukan mercenary pada hukum peperangan, meskipun kenyataannya persyaratan pada pasal 47 protokol tambahan Konvensi Genewa tahun 1949, sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, memenuhi semua persyaratan.
Kedua regulasi ini tidak bergigi di banyak negara. Dengan semakin tinggi resiko konflik serta gencarnya kampanye HAM, membuat banyak negara ‘menutup mata’ atas berbagai keberadaan Private Military Company (PMC). Keberadaannya juga memberikan keuntungan bagi negara-negara yang memang suka melakukan intervensi ke negara lain. Dengan penggunaan PMC, jelas negara ‘penyewa’ PMC terbebas dari tuntutan secara hukum dari negara yang diintervensi. Murah, efisien dan kompetensi adalah ‘keunggulan’ kompetitif lain PMC, jika dibandingkan dengan memelihara pasukan.
Klasifikasi Tentara Bayaran
Untuk menghindari kerancuan istilah serta efek politik yang dapat ditimbulkannya, maka Deplu Inggris mengeluarkan laporan: Private Military Companies: Options for Regulation, di tahun 2002. Laporan ini ditujukan untuk DPR-nya Inggris: House of Commons. Pengklasifikasian ini penting agar status hukum jelas.
Klasifikasi tentara bayaran yang direkomendasikan oleh laporan tersebut:
> Mercenary (tentara bayaran)
> Volunteers (Sukarelawan)
> Servicemen enlisted in foreign armies (kesatuan militer resmi suatu negara)
> Defense Industrial Companies (Personel industri pertahanan)
> Private Military Company (Perusahaan jasa pengamanan)

Pasukan Gurkha yang mengabdi pada Inggris, French Foreign Legion yang mengabdi pada Perancis, Spanish Legion yang mengabdi pada Spanyol, dan Swiss Guard yang mengabdi pada Vatican, diklasifikasikan sebagai servicemen enlisted in foreign armies.
Seiring dengan perkembangan jaman serta ‘jasa’ yang diberikan semakin beragam, istilah tentara bayaran sendiri mulai berubah. Saat ini, banyak di antara mereka menggunakan istilah ‘private military corporation’, ‘private military firm’, ‘military service provider’, dan ‘private military industry’.
Simbiosis Mutualisme
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, keberadaan PMC cukup banyak menolong negara-negara yang memiliki ‘nafsu’ untuk intervensi ke negara lain. Cukup dengan membayar PMC, ‘urusan’ menjadi beres. Apabila PMC mengalami kegagalan, maka negara yang menyewa PMC dapat cuci tangan. Istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan hubungan ini adalah ‘plausible deniability’ atau penyangkalan yang masuk akal.
Adapun fasilitas yang diberikan PMC adalah pelatihan militer, penjagaan fasilitas di daerah rawan konflik, pengiriman peralatan perang, operasi intel, dan pengawalan tokoh penting.
High risk- high gain, itulah bisnis PMC. Dengan resiko nyawa, PMC mendapatkan kontrak-kontrak bernilai milyaran dolar AS. PMC ternama umumnya berbasis di AS, Inggris, Perancis, Israel, dan Afrika Selatan. Wilayah operasinya di Afrika, Amerika Selatan, Asia, Timur Tengah dan Balkan. Biasanya, mereka datang mnyertai atau setelah kekuatan militer sebuah negara datang oleh suatu kekuatan militer.
Perlu tidaknya PMC akhirnya berpulang pada para penggunanya. Jasa yang ditawarkan para PMC sangat tidak terbatas, di satu sisi dapat memberikan keuntungan bagi para penyewanya. Di sisi lain, kontrol hukum atas PMC ini sulit dilakukan.
Masa Depan
Keberadaan PMC erat kaitannya dengan upaya perebutan sumber-sumber energi di berbagai wilayah. Bahkan perusahaan tambang terkenal sekaliber Halliburton, Exxon, pun memiliki bisnis PMC. Hal ini wajar, karena bisnis energi bernilai milyaran dolar AS dan mengundang banyak pihak untuk menguasai sumber-sumber tersebut.
Pasca invasi AS ke Irak tahun 2003, bisa jadi acuan dalam pemanfaatan PMC di masa depan. Guna mengurangi korban di tentara regular serta tekanan politik atas pemerintah, pemerintah AS lebih menyukai menggunakan jasa keamanan swasta yang ditawarkan para PMC. Pengembangan kekuatan militer representasi dianggap penting karena adanya keyakinan bahwa perang masa depan akan berciri ‘low-intensity’ atau perang gerilya. Jika dilakukan oleh negara, maka hal ini akan menguras tenaga dan biaya. Akan lebih baik dikerjakan oleh PMC yang dapat dikerjakan dengan efisien, murah dan mengurangi tekanan politik atas pemerintah.
Efisien dan murah yang menjadi ciri khas PMC. Untuk menjadi efisien, PMC merekrut prajurit-prajurit berkualifikasi ‘Special Force’ dan memiliki pengalaman sebagai prajurit pada pasukan-pasukan elit kelas dunia. Kemampuan seorang prajurit berkualifikasi Special Force dapat di setarakan dengan kemampuan tiga sampai lima prajurit reguler. Memiliki pengalaman di pasukan elit kelas dunia menjadi faktor pertimbangan lain yang menentukan. Pasukan-pasukan elit kelas dunia seperti Navy Seals, British SAS atau FFL selalu menjadi ujung tombak negaranya dalam berbagai penugasan di seluruh belahan dunia. Pengalaman penugasan inilah yang dimanfaatkan oleh PMC.

Salam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar