Kamis, Maret 05, 2009

MERCENARY: THE BEGINNING

Secara umum, mercenary adalah seseorang atau kelompok tentara yang terjun ke medan tempura tau pada suatu peperangan dengan tujuan utama adalah keuntungan pribadi atau kelompok. Mereka tidak bersandarkan pada suatu landasa ideologi, nasional, atau pertimbangan politik lainnya.
Pertimbangan suatu negara atau sutu kelompok untuk merekrut mercenary adalah faktor kesiapan, keahlian serta berpengalaman dalam menghadapi sebuah peperangan. Di samping itu, mereka bersedia untuk mengorbankan nyawa di medan pertempuran.
Sejarah mencatat penggunaan mercenary pertama kali dilakukan oleh Firaun Ramses II dari Mesir ketika akan melakukan invasi ke kerajaan Hittite. Keduanya bertemu dalam pertempuran Kadesh (kini daerah Suriah) pada tahun 1294 SM. Ramses II menggunakan 10 ribu mercenary asal Palestina.
Pada masa kerajaan Assyria yang wilayahnya meliputi Irak saat ini, telah menggunakan mercenary asal Suku Akkad, sebuah suku dari daerah Suriah kini. Penggunaan tenaga suku Akkad berlangsung sangat lama (1100 SM sampai 600 SM).
Peperangan antara negara-negara kota di wilayah Yunani dikenal dengan nama Perang Peloponnesian sekitar abad ke 4 SM. Kerajaan Persia di bawah Raja Xerxes I menggunakan mercenary asal Yunani dalam menghadapi pasukan Sparta. Pada jaman Raja Antaxerxes III, kerajaan Persia nyaris kehilangan kontrol atas Mesir karena adanya pemberontakan. Berkat pasukan mercenary Yunani pimpinan Mentor, pemberontakan di Mesir dapat dibasmi.
Penggunaan mercenary dalam rangka kudeta pertama kali terjadi pada tahun 401 SM, dimana saudara Raja Antaxerxes II, Cyrus, mencoba merebut kekuasaan kerajaan Persia. Cyrus menyewa 13 ribu Hoplites yang dipimpin oleh Xenophon. Hoplites adalah pasukan infanteri berat yang dipersenjatai tombak bermata besi sepanjang 3 meter, perisai bulat berdiameter 1 meter serta pedang. Satuan hoplites terdiri atas 300 sampai 400 prajurit. Usaha kudeta tersebut gagal, dimana Cyrus tewas dalam peperangan tersebut serta pasukan Hoplites kembali ke Yunani tanpa bayaran.
Pada tahun 334 SM, Alexander Agung dari Macedonia dalam upaya invasi ke Kerajaan Persia, menyewa juga mercenary dari Yunani. Sehingga mercenary asal Yunani bertempur pada dua belah pihak. Karena posisi Kerajaan Persia terdesak, banyak mercenary Yunani yang sebelumnya bertempur di pihak Persia, membelot ke Kerajaan Macedonia.
Pada Perang Punic Pertama tahun 264 SM, terjadi pertempuran antara Romawi dengan Kartago dan negara-negara Kota Yunani. Kartago mengandalkan pasukan daratnya pada mercenary asal Iberia (saat ini Spanyol) dan Suku Numidia dari Afrika Utara. Selain itu juga diperkuat pasukan ketapel (slingshooter) dari kepulauan Balearic (dekat Spanyol saat ini). Kartago mengalami kekalahan dan tunduk pada Romawi dan wajib membayar upeti dan membiarkan sebagian penduduknya menjadi budak. Pasukan ketapel Balearic dan pasukan infanteri Iberia menuntut dituntaskannya pembayaran atas jasa mereka. Kartago tidak mampu membayar karena kehabisan dana akibat perang serta harus membayar upeti ke Romawi. Terjadilah pemberontakan pasukan Balearic dan Iberia atas Kartago, namun berkat kesigapan pasukan Kartago dibantu dengan Pasukan Numidia, yang tidak ikut memberontak, maka pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan.
Pada Perang Punic Kedua (tahun 219 – 202 SM), Hanibal Barca berhasil mengorganisasi berbagai mercenary dalam satu kesatuan. Ia berhasil menggabungkan pasukan Hoplites asal Yunani, pasukan Phalangites (sejenis Hoplites) asal Macedonia, pasukan kavaleri asal Numidia dan pasukan infanteri ringan asal Moor. Maneuver yang dilakukan pasukan Hanibal Barca, berhasil memenangkan beberapa pertempuran di Italia seperti pertempuran Cannae tahun 216 SM di Italia Selatan, yang sangat termasyur.
Suku Barbar Jerman
Kampanye militer Romawi yang dilakukan oleh Julius Caesar pada tahun 55 SM ke wilayah Jerman gagal. Dengan bermodalkan kekuatan mercenary: pasukan Hoplites dan pasukan panah dari Pulau Kreta, berhasil dikalahkan oleh Kelompok Suku Barbar Jerman.
Pada tahun 9 Masehi, mercenary Romawi yang membelot ke kelompok Suku Barbar Jerman, yang dipimpin Ariminus, berhasil memimpin pasukan kelompok suku barbar Jerman dalam perang menghadapi pasukan Romawi. Kekalahan Romawi pada perang tersebut merubah pandangan serta strategi perang. Romawi tidak lagi melakukan perang akan tetapi merangkul mereka sebagai mercenary dengan paket remunerasi yang tinggi. Bila perlu mengalahkan mereka melalui politik pecah belah.
Pada tahun 260, kelompok suku Jerman: Goth, Vandal, Franks, Alemanni, Angle, Saxon dan Langobardi berhasil merebut beberapa daerah Romawi. Kewalahan menghadapi kelompok suku Jerman yang tidak tunduk pada Romawi, maka Romawi menyerahkan sebagian ‘kekuasaan’ pada suku Jerman dan membentuk tentara mercenary ‘Foederati’.
Kekalahan Romawi pada pertempuran di Adrianopel tahun 378, membuat Romawi semakin tergantung pada ‘Foederati’. Kekuatan Romawi semakin melemah dengan adanya invasi dari Suku Hun dari Asia Tengah. Dan akhirnya pada tahun 476, Foederati berhasil memaksa Kaisar Romulus Augustulus turun tahta dan menandakan berakhirnya kekaisaran Romawi.
Mercenary Spanyol
Rodrigo Diaz de Vivar atau dikenal dengan nama El Cid adalah mercenary terkenal di Spanyol pada jaman Medieval. El Cid berasal dari kata Al-Sidi (bahasa Arab) yang berarti ‘tuan’. El Cid beserta pasukannya turut andil dalam naik tahtanya Raja Alfonso. Karena takut akan pamor El Cid, Raja Alfonso menangkap dan membuang El Cid pada tahun 1080.
El Cid berhasil bangkit berkat bantuan dari penguasa Moor: Yusuf al-Mutamin. El Cid kemudian mengabdi pada penguasa Moor itu. Pada tahun 1086, El Cid berhasil mempersatukan kaum muslimin dan kaum Kristen dalam menghadapi invasi pasukan barbar Almoravid, yang berasal dari daerah Moroko dan Aljazair saat ini.
Assassin
Assassin berarti orang bayaran yang ditugaskan untuk melenyapkan seseorang. Berasal dari bahasa Arab: Hasyisyin yang berarti candu. Bahasa Arab yang lain yang memiliki kesamaan ucap adalah Hashshashin, yang merupakan penyebutan untuk kelompok Hassan bin Sabbah, sebuah kelompok radikal Syi’ah di Alamut, dekat laut Kaspia. Hassan bin Sabbah membentuk kelompok ini pada tahun 1090, karena perbedaan pandangan politik dengan kekhalifan Abbasiyah.
Hassan bin Sabbah menciptakan doktrin terror bagi lawan politiknya dengan memakai Fedayeen, yaitu seseorang yang bersedia mati demi tugas. Sasaran terornya adalah para gubernur, panglima perang dan pejabat pemerintah pada kekhalifan Abbasiyah. Seorang Fedayeen pandai menyamar, jago dalam pertarungan jarak dekat dan memiliki kemampuan membunuh dengan sebilah pisau.
Kelompok Hassan dikategorikan sebagai tentara bayaran karena sering dibayar oleh para Crusadr pada Perang Salib. Raja Richard dari Inggris juga menggunakan jasa assassin untuk melenyapkan Raja Jerusalem: Conrad Montferrat.
Condottierri
Pada abad 13 sampai 16, Italia masih terdiri dari beberapa negara kota dengan angkatan perang sendiri. Negara-negara tersebut juga merekrut mercenary berdasarkan kontrak tertulis yang disebut Condotta. Orang yang terikat dengan perjanjian tersebut disebut Condottieri. Kebanyakan mercenary yang terikat kontrak ini berasal dari Jerman dan Aragon (Spanyol Utara).
Munculnya perusahaan-perusahaan pengelola condottieri, mirip PMC pada saat ini, akibat meningkatnya persaingan perdagangan dengan dunia timur serta peperangan di antara negara kota di wilayah Italia. Adanya ‘konspirasi’ antar condottieri serta mutu prajurit yang rendah menyebabkan condottieri tidak dipercaya lagi.
Awal profesionalisme mercenary
Keberadaan Reislaufer atau Swiss Pikemen merupakan tonggak awal profesionalisme mercenary. Terkenal dengan maneuver solid, disiplin dan loyal. Berbagai kerajaan di Eropa memiliki paling tidak satu resimen Swiss Pikemen sekitar abad 15 sampai 17.
Landsknecht adalah pasukanyang dibentuk oleh Kaisar Maximilian I dari Kerajaan Jerman pada tahun 1459. Pasukan ini jauh lebih tangguh dari Swiss Pikemen, dimana landsknecht menggunakan keunggulan teknologi, penggunaan tombak panjang dan pedang.
Buccaneer
Pada abad 17, muncul Buccaneer dan Privateer, yaitu kapal atau armada berikut awaknya yang dibayar untuk melakukan pembajakan atas kapal dagang Perancis, Belanda dan Spanyol. Inggris yang mendalangi dan membayar Buccaneer untuk membajak kapal-kapal dagang tersebut. Buccaneer beroperasi di laut Karibia, koloni-koloni Perancis, Belanda dan Spanyol di benua Amerika serta laut Atlantik.
Buccaneer berbeda dengan bajak laut. Bajak laut hanya menyerang dari dan di atas kapal laut, sementara Buccaneer melakukan raiding ke daratan. Buccaneer menerapkan prinsip demokrasi, dimana pemimpin dipilih awak kapal melalui pemungutan suara. Tidak seperti bajak laut, hasil rampokan dibagi secara adil. Menjadi pemimpin haruslah seorang petarung tangguh dan memimpin pertempuran dari front-line.
Abad 17-18
Perekrutan tentara asing untuk menjadi tentara ‘reguler’ semakin meluas. Pada Perang Revolusi Perancis, French Royal Army banyak merekrut mercenary dari luar Perancis. Unit yang dibentuk adalah 12 Swiss Guard Regiment, Unit tentara Jerman dan satu Brigade Irlandia. Kemudian dibentuk unit tentara Skotlandia, unit tentara Swedia, unit tentara Italia. Jumlah total resimen infantry asing adalah 20 ribu pada tahun 1733.
Pada Perang Revolusi Amerika, Raja George III dari Inggris merekrut mercenary Jerman untuk memperkuat tentara Inggris dalam perang di Amerika.
Tentara Spanyol juga membuat beberapa resimen tentara mercenary: 3 resimen Irlandia, 1 resimen Italia, 5 resimen Swiss.
Di Hindia-Belanda, untuk menghadapi beberapa peperangan ‘berat’, maka kolonial Belanda membentuk Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL). Pada awalnya, tentara ini terdiri dari orang-orang Perancis, Jerman, Belgia, Swiss dan Belanda sendiri. Kebanyak dari mereka adalah desertir dan pelaku kriminal

Salam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar